Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
Salah satu fokus utama pemerintah adalah penguatan cadangan devisa dan stabilisasi nilai tukar rupiah.
Setelah sempat menyentuh level Rp1 7.000 per dolar AS, rupiah kini bergerak membaik mendekati Rp16.000 per dolar AS, yang dinilai lebih sesuai dengan fundamental ekonomi Indonesia.
“Upaya stabilisasi terus dilakukan untuk merespons tekanan global, termasuk perang tarif dan volatilitas pasar keuangan dunia,” lanjut Deni.
Baca Juga: Iran Ancam Tutup Selat Hormuz, Ini Dampaknya Bagi Perekonomian Global
Dari sisi kebijakan fiskal, pemerintah menyusun langkah responsif berupa stimulus fiskal terarah dan rekonstruksi belanja negara. Tujuannya adalah untuk menjaga daya beli masyarakat serta mendorong sektor produktif tetap tumbuh di tengah tekanan.
Tak hanya itu, pemerintah juga memperkuat diversifikasi energi dan ketahanan pangan sebagai bagian dari strategi memperkuat sektor strategis domestik dalam menghadapi guncangan eksternal.
Meski tantangan global cukup besar, pemerintah tetap menyatakan optimisme. Pengalaman menangani pandemi Covid-19 dan tensi dagang global menjadi pijakan untuk menjaga kepercayaan investor dan kesinambungan pemulihan ekonomi nasional.
Baca Juga: Iran Ancam Tutup Selat Hormuz, Ini Dampaknya Bagi Perekonomian Global
“Fondasi ekonomi domestik, terutama konsumsi rumah tangga dan ekspor, masih solid. Reformasi struktural terus dijalankan untuk menopang daya saing dan pertumbuhan jangka menengah,” pungkas Deni.
Selanjutnya: IHSG dan Emas Kompak Lesu Bulan Juni, Simak Tips Atur Ulang Portofolio Berikut
Menarik Dibaca: Tiket Diskon KAI Terjual 1,89 Juta Kursi, Ini KA dengan Tarif di Bawah Rp 100 Ribu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News