Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi
Menurut Teguh, PSBB sekarang yang berlangsung, otomatis langsung berdampak terhadap restoran dine-in yang masih porsi terbesar dalam kunjungan ke pusat perbelanjaan.
“Meski ada pilihan lewat online, itu baru bisa menyumbang 20%-30% dari omzetnya, Makanya mungkin strateginya harus yang lain, misalnya tetap boleh dine-in tapi jumlah kunjungannya dibatasi,” kata Teguh kepada Kontan.co.id, Senin (14/9).
PSBB Jakarta, bagi Teguh akan berdampak luas. Selain ke dunia usaha seperti ritel dan restoran, juga ke pekerjanya. Dus, konsumsi sebagian masyarakat tersebut akan turun seiring dengan penurunan omzet.
Teguh menilai, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta seharusnya bisa lebih mengintervensi konsumsi para pekerja dengan kebijakan seperti bantuan langsung tunai (BLT).
Baca Juga: Jokowi minta pencairan bantuan dipercepat untuk dorong pemulihan ekonomi
Sebab, tidak sedikit pekerja di restoran dan pusat perbelanjaan bukan merupakan pekerja paruh waktu, tidak terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan, dan memuliki gaji di bawah Rp 5 juta sebulan.
Dus, mereka tidak mendapatkan insentif subsidi gaji dari pemerintah pusat yang saat ini sudah berlangsung.
“Memang masalahnya data, tapi data bisa diajukan oleh pengusaha restoran dan mall, mereka mengajukan ke Pemprov DKI Jakarta, kemudian Pemprov lapor ke pemerintah pusat untuk mendapatkan subsidi gaji,” kata Teguh.
Teguh berharap, PSBB di Jakarta dapat dijalankan maksimal dan bisa mengatasi penyebaran virus. Sehingga, turunnya aktivitas ekonomi tidak sia-sia, karenanya semakin lama PSBB maka ekonomi makin tertekan.
Makanya, agar kebijakan efektif, seyogyanya Pemprov DKI Jakarta menggunakan basis evaluasi atas pelaksanaan PSBB yang dijalankan pada Maret-Juni lalu.
“Memonitoring apa yang terjadi yang bolong-bolong di PSBB yang pertama, sehingga PSBB yang sekarang lebih efektif,” ujar Teguh.
Teguh menambahkan, meski PSBB kembali diberlakukan di DKI Jakarta, tapi masih ada harapan ekonomi nasional dari sisi perdagangan.
Teguh memprediksi, ekspor Indonesia akan kembali pulih seiring dengan demand global seperti China dan Eropa yang sudah menunjukkan arah perbaikan. Meski, memang ekspor tidak bisa mengalahkan kontribusi konsumsi terhadap produk domestik bruto (PDB).
Selanjutnya: Saran Jusuf Kalla agar ekonomi Indonesia tumbuh di saat pandemi Covid-19 terjadi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News