CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Jaga Rupiah, BI Siapkan Intervensi untuk Antisipasi Kenaikan Suku Bunga The Fed


Sabtu, 25 Desember 2021 / 07:00 WIB
Jaga Rupiah, BI Siapkan Intervensi untuk Antisipasi Kenaikan Suku Bunga The Fed


Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) akan meningkatkan suku bunga kebijakannya di tahun depan. 

Seperti diketahui, saat ini The Fed sudah mulai melakukan pengetatan kebijakannya dengan mengurangi penambahan likuiditas (tapering off). 

“Kami perkirakan akan dimulai di pertengahan tahun depan. Baru di kuartal III-2022,” tutur Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Webinar ISEI Cabang Jakarta, Jumat (24/12) via video conference. 

Peningkatan suku bunga kebijakan The Fed ini nantinya bisa mempengaruhi peningkatan suku bunga surat utang pemerintah AS atau US Treasury. 

Perry memperkirakan, peningkatan imbal hasil (yield) US Treasury di tahun depan bisa di antara 50 basis poin (bps) hingga 75 bps. “Atau kemungkinan besarnya di 50 bps,” tambah Perry. 

Baca Juga: Menoropong Prospek Mata Uang yang Menarik Tahun 2022

Bila US Treasury ini naik, pasti Indonesia harus menyesuaikan. Perry bilang, BI dan pemerintah memperkirakan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) terkerek di 50 bps. 

Selain peningkatan imbal hasil tersebut, peningkatan suku bunga The Fed ini juga bisa menimbulkan ketidakpastian di pasar keuangan yang akhirnya memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah. 

Namun, Perry mengaku siap dengan kuda-kuda bank sentral untuk menjaga pergerakan mata uang Garuda dengan triple intervention, yaitu intervensi di pasar spot, pasar Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), dan pembelian SBN di pasar sekunder.

Selain dengan jurus sakti dari BI tersebut, BI juga meyakini gonjang-ganjing yang dirasakan oleh Indonesia tak akan besar karena Indonesia mencatatkan defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang rendah. 

Cadangan devisa yang dimiliki Indonesia masih jumbo, serta Indonesia memiliki pengalaman dalam melewati krisis akibat perubahan arah kebijakan moneter The Fed pada satu windu silam. 

“Tapi kita tetap waspada, berhati-hati, dan akan selalu memastikan stabilitas eksternal terjaga,” tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×