Reporter: Asep Munazat Zatnika, Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pemerintah mengalokasikan dana tambahan hingga Rp 5,5 triliun untuk menghadapi dampak El Nino. Tambahan dana ini sesuai instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) demi memastikan ketersediaan pangan yang tetap terjaga di tengah ancaman musim kering panjang.
Dalam sidang kabinet terbatas kemarin (31//7), Presiden Jokowi juga memerintahkan menteri mempersiapkan diri menghadapi ancaman El Nino. Persiapan yang dilakukan antara lain memastikan ketersediaan air untuk pertanian.
Oleh karena itu, pemerintah akan menganggarkan dana tambahan untuk mempercepat pembuatan embung sebesar Rp 2 triliun. Selain itu juga ada data tambahan hingga mencapai Rp 3,5 triliun untuk memastikan pasokan beras.
Menteri koordinator bidang Maritim Indroyono Soesilo menjelaskan, embung-embung itu akan dibuat di beberapa daerah. Pemerintah juga akan terus memantau kondisi waduk yang ada saat ini.
Sebab dari 16 waduk utama, lima diantaranya defisit air. Dengan data itu, pemerintah juga berjanji memberikan 21.000 unit pompa penyedot air gratis bagi petani.
Kementerian Pertanian mencatat, hingga Juli 2015, lahan yang terkena kekeringan seluas 111.000 hektare. "Bila El Nino semakin parah, ada sekitar 8,1 juta hektare yang terdampak," ujarnya, Jumat (31/7).
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Hari Priyono mengatakan, dari target 21.000 pompa, sebanyak 18.000 pompa telah terealisasi. Daerah penerima bantuan pompa ini adalah daerah penghasil beras seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Banten.
Masih bisa diantisipasi
Seperti diketahui gelombang panas telah mengakibatkan kekeringan melanda Indonesia sejak Juli dan diperkirakan berlanjut hingga Oktober mendatang. Kekeringan dikhawatirkan akan membuat produksi bahan pangan, terutama beras, anjlok.
Namun menurut Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil, cadangan beras nasional masih cukup. Pemerintah menghitung, untuk menghadapi El Nino diperlukan ketersediaan beras hingga 1,5 juta ton.
Untuk menambah kekurangan pasokan, pemerintah bisa memakai dana Rp 2 triliun untuk menambah cadangan beras. Sementara Rp 1,5 triliun untuk membayar beras Bulog. Sofjan masih yakin komoditas lain tidak akan terganggu. Misalnya, pasokan gula, jagung, dan kedelai.
Deputi bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) Adi Lumaksono memprediksi, penurunan produksi beras akibat El Nino hanya di bawah 500.000 ton. Dengan begitu, BPS memperkirakan produksi beras tahun ini mencapai 75 juta ton gabah kering giling (GKG).
Jumlah itu turun dari prediksi sebelumnya yang dikisaran 75,5 juta ton GKG) setara 42,474 juta ton beras. Penurunan ini masih dalam level yang bisa diantisipasi.
Sebab Indonesia pernah mengalami El Nino yang lebih buruk pada 1997 sehingga pemerintah mengimpor beras hingga 5 juta ton lebih. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Andrinof Chaniago menegaskan, opsi impor belum jadi pilihan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News