Reporter: Ghina Ghaliya Quddus, Patricius Dewo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Juli 2018, dinilai tidak segenting bulan lalu. Tekanan terhadap sektor keuangan sudah mereda, sehingga BI diperkirakan akan menahan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR) di level 5,25%.
Pasca BI menaikkan suku bunga acuan pada RDG Juni lalu, dana asing sudah mulai masuk di pasar obligasi sekitar US$ 375 juta per 12 Juli 2018. Sedangkan di pasar saham, investor asing masih membukukan net sell sebesar US$ 91 juta per 17 Juli 2018.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) juga sudah menunjukkan keseimbangan baru dan stabil di level 14.300–14.400-an. Inflasi tetap terkendali di kisaran 3,5% plus minus 1% yoy hingga akhir tahun ini, mengingat inflasi periode Idulfitri masih terkendali di level 3,12% yoy. "BI diperkirakan tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuan BI pada RDG bulan ini di level 5,25%," jelas Ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada KONTAN, Rabu (18/7).
Ekonom Bank BCA David Sumual sependapat, otoritas moneter menurutnya akan menjaga BI 7 DRRR tetap 5,25% lantaran fundamental ekonomi domestik cenderung stabil, khususnya data neraca perdagangan. "Neraca perdagangan surplusnya melebihi ekspektasi sementara inflasi juga terkendali. Eksternal datanya tidak ada perubahan signifikan," ujar David.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam juga memprediksi kenaikan suku bunga acuan belakangan ini akan terhenti. Pasalnya, ujian terberat terkait episode normalisasi kebijakan moneter di dunia sudah terlewati. Kini BI hanya perlu menunggu efek kenaikan BI7DRRR 100 basis poin dua bulan lalu.
Guncangan baru
Namun, BI juga perlu bersiap dengan guncangan baru. Guncangan tersebut bisa saja terkait episode perang dagang AS dengan China dan negara-negara lain yang masih berlanjut. "Tekanan aliran modal keluar masih sangat besar sampai akhir tahun ini. BI masih harus bekerja keras untuk itu," papar Pieter.
Josua juga mengingatkan, nilai tukar rupiah bisa tertekan efek perang dagang. Kondisi itu bakal mendorong BI memperketat kebijakan. Ia melihat, kemungkinannya sekitar 25 bps lagi pada semester II tahun ini.
"The Fed optimistis bahwa target jangka panjang pada indikator inflasi dan tingkat pengangguran dapat tercapai mempertimbangkan perkembangan ekonomi AS saat ini. Optimisme tersebut mendukung rencana Fed kembali menaikkan Fed Fund Rate sebesar 50 bps pada semester II tahun ini," jelas Josua.
Bhima Yudhistira, Ekonom Institute for Development of Economics & Finance (Indef) memperkirakan BI baru akan menaikkan suku bunga acuan pada RDG Agustus. Pada periode itu BI7DRRR perlu naik 25 basis poin untuk mengimbangi tekanan pengetatan moneter global dan menahan keluarnya dana asing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News