kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Ironis, Indonesia impor beras untuk konsumsi, tapi izinkan ekspor beras premium


Rabu, 03 Agustus 2011 / 13:22 WIB
Ironis, Indonesia impor beras untuk konsumsi, tapi izinkan ekspor beras premium
ILUSTRASI. Aktivitas pekerja PT Widodo Makmur Unggas


Reporter: Herlina KD |

JAKARTA. Untuk menjaga stok beras di dalam negeri, pemerintah memutuskan untuk melakukan impor beras tahun ini. Ironisnya, di saat yang bersamaan, pemerintah juga mengizinkan ekspor beras premium dari Sulawesi Selatan sebanyak 50.000 ton ke Korea Selatan.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan ada permintaan dari pemerintah provinsi Sulawesi Selatan untuk melakukan ekspor beras khusus (premium). "Kami pertimbangkan untuk mengizinkan ekspor, mengingat itu adalah beras premium yang konsumsi di dalam negerinya sangat kecil," jelasnya seusai rakor pangan di kantor Menko Perekonomian Rabu (3/8).

Berdasarkan laporan Kementerian Pertanian, kata Hatta di Sulawesi Selatan memiliki potensi beras premium sebanyak 200.000 ton. "Kami masih menjajaki karena permintaan itu dari Korea Selatan sekitar 50.000 ton, sedang kita evaluasi finalnya," kata Hatta.

Hatta berdalih, pemerintah mengizinkan ekspor beras premium ini sebagai salah satu bukti Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pemasok beras dunia. Jadi, "Tidak saja menyuplai di dalam negeri, tapi juga yang disebut feed the world itu juga bisa kita lakukan," katanya.

Menteri Pertanian Suswono menambahkan, rata-rata masyarakat Indonesia mengonsumsi beras jenis medium. Sementara itu, harga beras premium memang relatif lebih mahal. Menurutnya, harga beras premium di Korea Selatan bisa sampai Rp 40.000 - Rp 50.000 per kg.

Karenanya, Suswono bilang ke depan kemungkinan petani yang memiliki lahan sempit akan diarahkan untuk memproduksi beras premium untuk kebutuhan ekspor. "Kalau harga bagus di luar negeri, petani bisa memproduksi beras organik atau premium untuk ekspor, sementara untuk makan kita pakai beras medium," jelasnya.

Untuk tahap awal ini, kata Suswono pemerintah akan memberikan izin ekspor beras premium sebanyak 50.000 ton. Sejalan dengan itu, pemerintah juga akan mengevaluasi realisasi ekspornya. "Nanti lihat saja perkembangannya," ungkapnya.

Meski mengizinkan ekspor beras, tapi Hatta bilang Indonesia aka tetap mengimpor beras untuk menjaga stok beras Bulog. Untuk itu, Agustus ini Bulog akan merealisasikan impor beras sebanyak 500.000 ton dari Vietnam. "Impor beras itu untuk meningkatkan cadangan kita. Impor akan dilakukan secara bertahap, disesuaikan dengan cadangan kita," kata Hatta.

Hatta menekankan, pemerintah telah meminta Bulog untuk melakukan pengadaan beras dari dalam negeri secara maksimal. Setelah itu, "Untuk mempertahankan stok Bulog yang akan ditingkatkan dari 1,5 juta ton menjadi 2 juta ton maka sebagian akan kita isi dengan impor," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×