Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA Berbicara mengenai investasi, investasi sangat dibutuhkan guna menciptakan lapangan pekerjaan, khususnya pada investasi yang padat karya (labour intensive) yang akan memberikan pendapatan dan meningkatkan kemampuan belanja (konsumsi) masyarakat yang pada akhirnya akan membangkitkan perekonomian nasional.
Oleh karena itu, melalui arahan yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) , maka realisasi investasi tahun 2020 hingga 2024 ditargetkan sebesar Rp 4.983 triliun. Angka ini naik sebesar 47,3% dari realisasi investasi selama 2015 hingga 2019 sebesar Rp 3.381 triliun.
"Terkait dengan investasi, arahan pak Presiden, kita harus menaikkan investasi kita yang periode sebelumnya sekitar Rp 3 ribuan triliun menjadi sekitar Rp 4 ribuan triliun," ujar Staf Ahli Menko Maritim dan Investasi Bidang Manajemen Konektivitas Sahat Panggabean dalam acara Kongres Kehutanan Indonesia (KKI) ke-VII Tahun 2022 yang dipantau secara daring, Selasa (28/6).
Baca Juga: Investasi Hijau Dinilai Bisa Jadi Solusi Atasi Krisis Pangan dan Energi
Namun menurutnya yang menjadi permasalahan bukan hanya terkait angkanya saja, melainkan indikator terkait kemudahan dalam perijinan berusaha. Ia mengatakan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan selalu menyarakan bahwa perijinan berusaha harus menggunakan teknologi IT sehingga proses layanan tersebut bisa berlangsung secara online, terukur dan transparan.
"Kalau selama ini biasanya dalam melakukan perijinan bisa berhari-hari, kita harapkan dengan ini bisa hitungan menit saja. Itu langkah-langkah yang sedang kita lakukan pengembangan teknologi IT saat ini," katanya.
Lebih lanjut Ia mengatakan, pasca pandemi Covid-19 maka dibutuhkan pertumbuhan ekonomi lebih dari 6% agar dapat mencapai target visi di tahun 2045 yaitu menjadi negara maju. Oleh karena itu investasi sangat diperlukan dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi tersebut.
"Kalau kita di bawah 6%, saya pikir kita tidak bisa menjadi negara maju, 2045 kita hanya cerita-cerita saja," tuturnya.
Berdasarkan paparannya, model ekonomi saat ini tidak mampu mendorong pertumbuhan ekonomi tinggi yang berkelanjutan. Adapun model ekonomi saat ini bertumpu pada komoditas dan bergantung pada sektor ekstraktif dan pertanian dengan produktivitas rendah.
Seperti pada sektor pertanian, meski mempekerjakan 30% dari total angkatan kerja, namun hanya berkonstribusi terhadap 13% produk domestik bruto (PDB). Oleh karena itu, saat ini ada dua hal yang dikawal oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia, yaitu ekonomi hijau dan ekonomi biru.
Baca Juga: Indonesia Suarakan Dampak Besar Akibat Perang yang Dirasakan Negara Berkembang
"Dua ujung tombak tersebut saya pikir menjadi kekuatan kita di Indonesia ini yang semua nya ini adalah sustaine. Dan saya rasa itu semua harus kita kawal dengan baik," katanya.
Mengutip dari paparannya, selama periode pemerintahan Presiden Jokowi, terjadi peningkatan angka kemudahan berinvestasi di Indonesia dari 114 di tahun 2015 menjadi 73 di tahun 2019. Sementara itu, target yang ingin dicapai pada tahun 2024 adalah 43.
Namun, masih terdapat beberapa hambatan dalam iklim investasi di Indonesia. Hal ini tercermin pada penurunan Daya Saing Investasi Global (Global Competitiveness Index) pada tahun 2020 menjadi peringkat 40 dari peringkat 32 di tahun 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News