kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.415.000   -13.000   -0,54%
  • USD/IDR 16.602   0,00   0,00%
  • IDX 8.089   173,60   2,19%
  • KOMPAS100 1.121   30,20   2,77%
  • LQ45 799   26,71   3,46%
  • ISSI 285   3,42   1,22%
  • IDX30 417   15,58   3,89%
  • IDXHIDIV20 470   17,28   3,82%
  • IDX80 124   3,12   2,58%
  • IDXV30 133   3,95   3,07%
  • IDXQ30 132   4,50   3,55%

Investasi di KEK Dinilai Masih Kecil dan Belum Bekerja Maksimal


Selasa, 09 September 2025 / 19:24 WIB
Investasi di KEK Dinilai Masih Kecil dan Belum Bekerja Maksimal
ILUSTRASI. Investasi yang masuk di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dinilai belum bisa mendorong investasi yang masuk ke Indonesia secara keseluruhan. ANTARA FOTO/Rizal Hanafi/nym.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Investasi yang masuk di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dinilai belum bisa mendorong investasi yang masuk ke Indonesia secara keseluruhan.

Sebagaimana diketahui, sejak 2021 hingga semester I 2025, investasi yang masuk ke 25 KEK di Indonesia baru mencapai Rp 294,4 triliun, atau menyerap 187.000 tenaga kerja.

Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet menilai, melihat serapan tersebut, nominal investasi yang masuk ke KEK masih kecil bila dilihat dari skala nasional.

Baca Juga: Pemerintah Bakal Kembangkan 6 KEK Baru, Salah Satunya KEK Halal di Sidoarjo

“Memang jelas ada kontribusi, tapi belum jadi motor utama ekonomi,” tutur Yusuf kepada Kontan, Selasa (9/9/2025).

Ia menyebutkan bahwa dari 25 KEK yang ada, hanya beberapa yang benar-benar berkembang, seperti KEK di Morowali atau Gresik. Selain itu, banyak kawasan lainnya dinilai berkinerja buruk akibat minimnya infrastruktur dan birokrasi yang berbelit, sementara serapan tenaga kerjanya juga belum inklusif.

Dalam kondisi ini, ia juga melihat rencana tambah enam KEK baru yang rencananya akan diluncurkan pemerintah justru rawan menjadi beban.

“Potensinya besar tapi tanpa evaluasi serius, kita hanya akan mengulang daftar panjang KEK mati suri,” ungkapnya.

Baca Juga: Investasi di Kawasan Ekonomi Khusus Capai Rp 294,4 Triliun hingga Semester I 2025

Risiko fiskalnya juga relatif jelas insentif pajak, infrastruktur, dan lahan yang butuh dana besar, tapi hasilnya belum tentu balik.

Ia menegaskan bahwa risiko fiskal juga relatif jelas, terutama terkait insentif pajak, infrastruktur, dan lahan yang membutuhkan dana besar, namun hasilnya belum tentu kembali.

“Menurut saya, langkah rasional adalah audit dulu KEK yang sudah ada, perkuat yang potensial, restrukturisasi yang lemah, dan berani menutup yang gagal. Baru setelah itu bicara ekspansi,” tandasnya. 

Selanjutnya: Bridging Apotek Online, Percepat Layanan Farmasi Peserta JKN

Menarik Dibaca: Makin Diminati, Penjualan Tiket Lewat Access by KAI Capai 17,2 Juta hingga Agustus

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×