kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Insiden es tebu Ical di Jambi


Rabu, 06 November 2013 / 09:02 WIB
Insiden es tebu Ical di Jambi
ILUSTRASI. WHO belum menggangap cacar monyel (moneypox) sebagai Darurat Kesehatan Global


Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAMBI. Kunjungan Ketua DPP Partai Golongan Karya (Golkar) Aburizal Bakrie (Ical) ke Provinsi Jambi, Senin (4/11/2013), ternyata meninggalkan kesan yang tak enak.

Ical ke Jambi untuk menghadiri pelantikan Sy Fasha dan Abdullah Sani sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Jambi periode 2013-2018. Sehabis acara, Ical dan rombongan mencari makan pada Senin sore.

Selesai santap sore di Rumah Makan Munir, bakal calon presiden RI usungan Partai Golkar itu juga mencoba minuman es tebu yang dijual oleh pedagang kaki lima (PKL) bernama Acit. Gerobak es tebu terdapat tepat di depan rumah makan.

Namun, ketika makan bersama selesai, tidak ada yang membayar es tebu. "Padahal, yang pesan es tebu sangat banyak. Ada seratusan gelas," ujar Acit. Pasalnya, puluhan tukang ojek dan penyapu jalanan juga ikut makan bareng rombongan tersebut.

Acit langsung menuju ke seorang pria yang menggunakan baju golkar. Ia menagih uang pembayaran es tebu kepada pria tersebut. Tapi, pria itu justru meminta Acit pergi karena ia bukan panitia.

Setelahnya, Acit langsung menuju seorang caleg DPR RI dari Partai Golkar bernama Pinto untuk menagih pembayaran. Namun, Pinto hanya mengeluarkan uang Rp 50 ribu dari kantongnya.

Kontan Acit meradang dan menolak pemberian uang oleh caleg tersebut. Pasalnya, nilai uang itu tak sebanding dengan harga total es tebu yang diminum Ical beserta rombongan.

"Pesannya 90 gelas. Masa dibayar Rp 50 ribu. Ya tidak sesuai. Jadi saya tolak," kata Acit. Seharusnya, kata Acit, bayaran 90 gelas es tebu itu dibayar dengan Rp 360 ribu.

Setelah lelah dipimpong, Acit kala itu akhirnya menyerah. "Sudahlah. Mudah-mudahan saja dibayar," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×