Reporter: Abdul Basith, Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - Pemerintah Indonesia memang telah mengguyurkan insentif kepada industri pariwisata dan penerbangan tanah air.
Insentif tersebut sebagai upaya mengantisipasi dampak negatif penyebaran virus corona (covid-19) terhadap industri ini.
Maklum merebaknya penyebaran virus corona, menyebabkan jumlah wisatawan menyusut tajam. Tanpa insentif dari pemerintah diprediksi industri ini makin sulit.
Baca Juga: Terimbas corona, manufaktur minta insentif
Penyusutan yang sama juga dirasakan oleh industri penerbangan lantaran jumlah turis asing yang datang ke Indonesia menyusut drastis lantaran khawatir akan penularan virus corona.
Namun insentif ini menuai iri dari sektor industri lain yang juga merasakan penderitaan yang sama akibat tertular dampak negatif virus corona.
Baca Juga: Dampak corona merembet kemana-mana, pengusaha minta insentif tak hanya ke pariwisata
Seperti yang dirasakan oleh industri manufaktur. Selama ini mereka mengandalkan impor bahan baku dari China yang menjadi pusat endemik virus corona.
Akibatnya merebaknya virus corona di negeri tirai bambu itu, seluruh aktivitas bisnis menjadi terganggu. Walhasil pengiriman bahan baku dari negeri itu kepada industri manufaktur di Indonesia menjadi seret.
Karena itulah, pengusaha berharap pemerintah segera memberikan perhatian dengan memberikan insentif khusus kepada industri manufaktur.
"Saat ini dampak negatif virus corona sudah menjalar ke industri manufaktur karena masalah disrupsi supply chain," tandas Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang Hubungan Internasional, Shinta Widjaja Kamdani kepada Kontan.co.id, Minggu (1/3).
Baca Juga: Aktivitas pabrik di China merosot ke rekor terendah akibat virus corona
Gangguan pada rantai pasokan bahan baku akibat merebanyak virus corona tersebut menyebabkan keterlambatan pengiriman. Selain itu, gangguan tersebut juga membuat kelangkaan pada bahan baku yang berasal dari China.
Kelangkaan tersebut akan membuat harga bahan baku semakin menanjak tinggi meski pun sudah ada upaya pengalihan pasokan. Oleh karena itu Shinta memprediksi kondisi ini akan membebani kondisi kesehatan keuangan perusahaan.
Baca Juga: WNI ABK Diamond Princes segera merapat, Begini aktifitas observasi di Pulau Sebaru
"Perusahaan bisa tutup dan ini bisa men-trigger krisis kalau terjadi secara luas," terang Shinta.
Shinta bilang sebelumnya upaya pemerintah menggelontorkan insentif fiskal mendongkrak konsumsi sudah cukup baik. Namun, melihat kondisi penyebaran yang semakin meluas hal itu dinilai tidak lagi relevan.
WNIBaca Juga: Pemerintah pastikan 69 WNI kru kapal Diamond Princess negatif covid-19
Kebijakan insentif bagi arus kas perusahaan sangat penting untuk menjaga stabilitas. Salah satunya adalah dengan cara insentif untuk mempermudah restrukturisasi utang.
Selain itu ia berharap pemerintah memberikan insentif dengan melonggarakan kebijakan dalam impor barang modal, bahan baku, dan bahan pendukung pun harus dipertimbangkan.
"Seluruhnya harus dimudahkan (dengan insentif) selama rantai pasok kacau. Ini perlu dilakukan segera karena kondisi shortage of supply-nya sudah terjadi," jelas Shinta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News