Reporter: Abdul Basith, Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar
Karena itulah, pengusaha berharap pemerintah segera memberikan perhatian dengan memberikan insentif khusus kepada industri manufaktur.
"Saat ini dampak negatif virus corona sudah menjalar ke industri manufaktur karena masalah disrupsi supply chain," tandas Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang Hubungan Internasional, Shinta Widjaja Kamdani kepada Kontan.co.id, Minggu (1/3).
Baca Juga: Aktivitas pabrik di China merosot ke rekor terendah akibat virus corona
Gangguan pada rantai pasokan bahan baku akibat merebanyak virus corona tersebut menyebabkan keterlambatan pengiriman. Selain itu, gangguan tersebut juga membuat kelangkaan pada bahan baku yang berasal dari China.
Kelangkaan tersebut akan membuat harga bahan baku semakin menanjak tinggi meski pun sudah ada upaya pengalihan pasokan. Oleh karena itu Shinta memprediksi kondisi ini akan membebani kondisi kesehatan keuangan perusahaan.
Baca Juga: WNI ABK Diamond Princes segera merapat, Begini aktifitas observasi di Pulau Sebaru
"Perusahaan bisa tutup dan ini bisa men-trigger krisis kalau terjadi secara luas," terang Shinta.
Shinta bilang sebelumnya upaya pemerintah menggelontorkan insentif fiskal mendongkrak konsumsi sudah cukup baik. Namun, melihat kondisi penyebaran yang semakin meluas hal itu dinilai tidak lagi relevan.
WNIBaca Juga: Pemerintah pastikan 69 WNI kru kapal Diamond Princess negatif covid-19
Kebijakan insentif bagi arus kas perusahaan sangat penting untuk menjaga stabilitas. Salah satunya adalah dengan cara insentif untuk mempermudah restrukturisasi utang.
Selain itu ia berharap pemerintah memberikan insentif dengan melonggarakan kebijakan dalam impor barang modal, bahan baku, dan bahan pendukung pun harus dipertimbangkan.
"Seluruhnya harus dimudahkan (dengan insentif) selama rantai pasok kacau. Ini perlu dilakukan segera karena kondisi shortage of supply-nya sudah terjadi," jelas Shinta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News