kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Terimbas corona, manufaktur minta insentif


Minggu, 01 Maret 2020 / 21:34 WIB
Terimbas corona, manufaktur minta insentif
ILUSTRASI. Petugas kesehatan bersiap menyemprotkan cairan disinfektan kepada WNI ABK Diamond Princess dan barang bawaan saat turun dari kapal di Yokohama, Jepang, Minggu (2/3/3030). Pemerintah mengevakuasi 69 WNI ABK Diamond Princess yang dinyatakan negatif COVID-19


Reporter: Abdul Basith | Editor: Pratama Guitarra

KONTAN.CO.ID - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia melihat dampak wabah virus korona (Covid-19) sudah melebar. Bukan hanya sektor pariwisata saja yang terkena dampaknya. Tapi, sektor manufaktur juga ikut terhantam.

Maka dari itu, Kadin meminta supaya pemerintah memberikan insentif kepada perusahaan manufaktur. Salah satunya dengan cara mempermudah restrukturisasi utang. Selain itu kebijakan relaksasi dalam impor barang modal, bahan baku, dan mempertimbangkan bahan pendukung.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Hubungan Internasional, Shinta Widjaja Kamdani menyampaikan, jika tidak diberi insentif, maka dampak perekonomian akan lebih besar ketimbang dari dampak sektor pariwisata.

Oleh karena itu, seluruh kegiatan manufaktur harus dimudahkan selama rantai pasok kacau. "Ini perlu dilakukan segera karena kondisi shortage of supply-nya sudah terjadi," jelasnya ke KONTAN, Minggu (1/3).

Adapun gangguan pada rantai pasok tersebut ada pada keterlambatan pengiriman. Selain itu, gangguan juga membuat kelangkaan pada bahan baku yang berasal dari China. Maklum, China merupakan wilayah yang paling terdampak pada penyebaran virus korona. Sehingga, pengiriman ke Indonesia pun menjadi terganggu.

Yang terang, kelangkaan tersebut akan membuat harga bahan baku semakin tinggi meski pun terjadi pengalihan impor. Dengan begitu, akan membebani keuangan perusahaan. "Perusahaan bisa tutup dan ini bisa mentrigger krisis kalau terjadi secara luas," terang Shinta. Oleh karenanya, kebijakan bagi arus kas perusahaan sangat penting untuk menjaga stabilitas.

Shinta bilang, perusahaan bisa kesulitan bila harus mengikuti prosedur impor yang ada. Padahal kebutuhan baku tersebut berpengaruh pada harga produk nantinya termasuk kemungkinan meningkatnya inflasi.

Mencari substitusi ke negara lain

Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto juga menegaskan pengalihan pasar ekspor impor dalam situasi korona saat ini. Agus bilang masih ada negara yang belum terkena virus korona tersebut.

"Sekarang kita cari alternatif ke negara lain, banyak sekali alternatif yang tidak terkena kita lihat negara yang tidak terganggu," ungkapnya.
Ia mengakui bahwa saat ini China memang menjadi sentra bagi sejumlah industri. Hingga saat ini pemerintah belum dapat menghitung sejauh mana merosotnya ekspor impor akibat virus korona.

Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Kemenko Perekonomian, Bambambang Adi Winarso bilang, sejauh ini bahan baku yang diimpor dari luar China tidak ada masalah. "Yang terganggu, impor bahan dari China, karena mobilitas masih dibatasi," terangnya ke KONTAN, Minggu (1/3). Solusinya, mencari substitusi impor dari negara lain selain China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×