kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Ini tiga poin ketahanan pangan versi Boediono


Jumat, 29 November 2013 / 16:45 WIB
Ini tiga poin ketahanan pangan versi Boediono
ILUSTRASI. Film The Sea Beast, ceritakan petualangan pemburu monster laut dan gadis kecil yang melakukan petualangan berburu monster Red Bluster.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Wakil Presiden Boediono mengatakan ketahanan pangan suatu negara merupakan salah satu kunci keberhasilan kelangsungan hidup suatu bangsa. Ketahanan pangan ibarat pertahanan negara terhadap ancaman. Jadi segala hambatan menuju ketahanan pangan nasional harus bisa ditangkal.

Bila ketahanan pangan suatu negara terancam, lanjut Wapres, maka sudah pasti kelangsungan hidup suatu bangsa dipertaruhkan. Karena itu, Indonesia perlu mengamankan ketahanan pangan nasionalnya dengan membuat strategi ketahanan pangan yang handal untuk menangkal segala ancaman yang menghadang.

"Kita harus bisa menangkal semua ancaman terhadap ketahanan pangan nasional kita," terang Wapres pada acara penyerahan penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara di Auditorium Istana Wakil Presiden, Jumat (29/11).

Agar ketahanan pangan nasional bisa dibangun dengan baik, Mantan Gubernur Bank Indonesia ini menyampaikan tiga pilar penunjang yang harus dibangun dan dipertahankan.

Pilar pertama adalah Kemandirian. Menurut Boediono, kemandirian pangan bukan berarti swasembada pangan 100% dan tidak boleh ada impor, tapi lebih pada membuka akses ketersediaan pangan dalam negeri.

Upaya itu harus disertai perhitungan yang cermat dan tidak terpasung sejumlah aturan yang bertele-tele dan akhirnya mempersulit penambahan stok pangan dalam negeri.

Kedua adalah strategi yang responsif.  Artinya adanya suatu strategi yang dapat merespon dengan cepat perubahan yang terjadi. Reaksi cepat di sini sangat penting karena suatu strategi yang tidak dapat memberi respons cepat bukanlah strategi yang baik.

Ketiga adalah ketahanan pangan yang berkesinambungan yakni segala kebijakan yang dibuat harus mampu mendukung penyediaan pangan untuk periode jangka panjang.  Bila prinsip-prinsip kebersinambungan ini dilanggar, sering kali berakibat pada meningkatnya subsidi yang kemudian menjadi beban pemerintah.

"Jadi tidak bisa hanya mengamankan selama dua sampai tiga tahun ke depan lalu pada tahun ke empat dibebankan dengan subsidi yang besar,” kata Wapres.

Wapres menegaskan bahwa pemerintah berusaha menggunakan berbagai cara untuk menunjang ketahanan pangan. Salah satunya adalah dengan tidak menutup jalur tukar-menukar atau perdagangan, atau dengan kata lain ekspor dan impor jangan dihambat. “Begitu ditutup, respons kita akan terpasung,” katanya.

Bila suatu saat permintaan meningkat dan komoditas yang ada terbatas, maka impor tak terhindarkan. Impor pun harus dilakukan dengan cepat sehingga tak mengganggu harga dalam negeri meningkat yang bisa membebani masyarakat.

Sedangkan, mengatur harga dapat diatur dengan menggunakan bea masuk, bukan kuota. Sistem kuota punya banyak kelemahan, antara lain banyak jalur, banyak pintu dan rawan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×