kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini strategi diversifikasi dan adaptasi produk ekspor TPT di tengah pandemi Covid-19


Rabu, 24 Juni 2020 / 22:14 WIB
Ini strategi diversifikasi dan adaptasi produk ekspor TPT di tengah pandemi Covid-19
ILUSTRASI. Industri tekstil. ANTARA FOTO/Maulana Surya/kye/18.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Pengembangan Produk Ekspor (PPE) Kementerian Perdagangan, Olvy Andrianita, menyebut berbagai hambatan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia telah teridentifikasi.

Diantaranya hampir 70% bahan baku masih impor, daya saing harga rendah, daerah produksi yang masih terpusat di pulau Jawa, belum optimalnya diversifikasi produk, mesin produksi yang sudah tua, serta kurangnya branding bagi produk TPT Indonesia.

Baca Juga: Jurus Kemendag dorong roda ekonomi berputar memasuki new normal

Tak hanya itu, Olvy menambahkan hambatan lain yang dialami komoditas TPT dunia dan Indonesia di tengah pandemi COVID-19, antara lain penurunan tingkat permintaan pada industri TPT, penurunan omzet industri TPT dunia yang mengindikasikan penurunan daya beli konsumen, pembatalan sejumlah acara besar dunia yang menjadi sarana promosi, penutupan sementara destinasi wisata dan toko ritel tekstil, karantina wilayah (lockdown), serta pelemahan ekonomi global dan di sisi lain peningkatan hambatan proteksi dari negara mitra dagang.

“Di tengah berbagai hambatan, produk TPT Indonesia juga memiliki kekuatan dan peluang. Kualitas dan eksklusivitas produk TPT asal Indonesia telah diakui banyak negara. Sedangkan, peluang ekspor
yang terbuka lebar saat ini ialah alat pelindung diri (APD) dan alat kesehatan yang terbuat dari tekstil," jelas Olvy dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id pada Rabu (24/6).

Meski begitu, tekstil Indonesia ditekankan memiliki keunggulan secara ekslusivitas seperti batik dan tenun yang terbuat dari serat alam yaitu jerami dan alang-alang, sutra kepompong ulat daun kedondong dan pewarna alam (indigo). 

Secara kualitas pun telah diakui dunia, terutama pakaian militer, tekstil untuk bahan industri seperti jok pesawat dan kereta api, furnitur, bioskop, dan tenda, serta tekstil dengan kualitas premium untuk pakaian dalam wanita.

Baca Juga: Ini alasan DPR tambahkan NTP dan NTN ke dalam indikator asumsi makro RAPBN 2021

Saat ini, terjadi peningkatan permintaan serat organik dan pakaian muslim yang harus dilihat sebagai peluang. Selain itu, kebijakan pemerintah melalui program “Making Indonesia 4.0” juga harus dimanfaatkan.

Program ini termasuk memberikan dukungan pada peningkatan inovasi riset dan pengembangan (R & D), penguasaan mesin/peralatan modern, peningkatan desain dan mutu produk, peningkatan keahlian tenaga kerja (vokasi), serta pemenuhan sertifikasi dan standar produk TPT Indonesia.

Namun demikian, pengetatan operasional kegiatan tetap harus diterapkan, khususnya pada sektor produksi, yang mengedepankan protokol kesehatan selama masa pandemi COVID-19.

Melihat fakta tersebut maka, strategi diversifikasi dan adaptasi produk ekspor TPT ialah, pertama, menentukan fokus pasar dan produk ekspor unggulan dengan spesifikasi tertentu, termasuk diversifikasi produk TPT untuk kesehatan seperti masker dan APD, mendorong percepatan penggunaan serat alam sebagai bahan baku industri, serta meningkatkan produk fesyen khususnya
fesyen muslim.

Baca Juga: Ini sembilan kebijakan yang harus dijalankan pemerintah pada tahun 2021

Kedua, melakukan penetrasi pasar melalui penyelesaian perundingan internasional, penyelesaian hambatan perdagangan, serta penguatan promosi dagang (daring/luring) dan branding. Ketiga, memperkuat peran perwakilan perdagangan.

Keempat, meningkatkan daya saing produk dan sumber daya manusian usia kecil menengah (UKM) ekspor melalui pendampingan dan konsultasi desain. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
memanfaatkan wadah seperti Indonesia Design Development Center (IDDC), Designers Dispatch Service (DDS), Good Design Indonesia (GDI), sertifikasi, dan branding.

Kelima, melakukan relaksasi ekspor dan impor untuk tujuan ekspor, salah satunya dengan penerbitan Permendag No. 57 Tahun 2020 tentang Ketentuan Ekspor Bahan Baku Masker, Masker, dan Alat Pelindung Diri. Keenam, meningkatkan fasilitasi perdagangan.

Vice President Director PT Pan Brothers Tbk., Anne Patricia Sutanto, menegaskan pentingnya diversifikasi produk ekspor TPT yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar saat ini.

Baca Juga: Pemerintah dan Komisi XI DPR sepakati asumsi makro RAPBN 2021

Tantangan TPT selama pandemi COVID-19, adalah mayoritas brand menutup toko sehingga menyebabkan penundaan produksi. Kondisi tersebut disiasati dengan mendiversifikasi produk menjadi APD seperti hazmat protection, gown, shoe cover, dan masker dimana saat ini permintaan produk tersebut sangatlah besar, baik untuk pasar lokal maupun ekspor.

Selain itu, Anne juga menyampaikan hal utama yang perlu diperhatikan bagi pengusaha tekstil, yaitu menjaga hubungan komunikasi dengan buyer, menjalin kerja sama dengan perusahaan besar, ketepatan waktu pengiriman barang, serta memanfaatkan promosi secara daring karena kondisi Covid-19 yang diperkirakan berlangsung lama.

Atase Perdagangan RI di AS Wijayanto menyatakan siap menjembatani dan membantu memfasilitasi UKM yang ingin berdagang di AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×