kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.250   0,00   0,00%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Ini Sektor-Sektor Yang Bakal dapat Insentif Likuiditas dari BI Per Januari 2025


Kamis, 17 Oktober 2024 / 18:16 WIB
Ini Sektor-Sektor Yang Bakal dapat Insentif Likuiditas dari BI Per Januari 2025
ILUSTRASI. Per Januari 2025, Bank Indonesia bakal memfokuskan insentif untuk sektor yang masuk dalam sektor padat karya


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mempercepat penyaluran kredit di perbankan. Terbaru, insentif kebijakan likuiditas makroprudensial pun kian diperluas.

Mulai Januari 2025, Bank Indonesia (BI) bakal memfokuskan insentif tersebut untuk sektor-sektor yang masuk dalam sektor padat karya. Dalam hal ini, sektor-sektor yang bisa meningkatkan lapangan kerja hingga upah pekerja.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa insentif ini merupakan tahap ketiga. Di mana, pada tahap pertama insentif untuk yang terdampak pandemi Covid 2019 dan tahap selanjutnya fokus pada sektor-sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi seperti hilirisasi.

"Isinya sektor-sektornya  yang besar dalam penyerapan tenaga kerja itu, seperti  sektor perdagangan besar maupun apalagi eceran, pertanian, dan juga industri pengolahan yang padat karya," ujarnya.

Baca Juga: Survei BI: Ekspansi Manufaktur Melambat di Kuartal III 2024

Adapun, pemilihan sektor-sektor tersebut bukanlah tanpa sebab. Mengingat, pertumbuhan kredit di sektor-sektor tersebut memang sedang lesu, ambil contoh sektor perdagangan yang hanya tumbuh 8% di September 2024.

Perry pun menjelaskan bahwa pemberian insentif ini berupa pengurangan kewajiban rasio GWM yang dimiliki bank. Dengan catatan, insentif hanya diberikan untuk yang benar-benar menyalurkan kredit di sektor-sektor tersebut.

"Kenapa kita tidak mengurangi rasio GWM secara keseluruhan ya agar insentif itu diberikan pada bank-bank yang benar kerja," tambah Perry.

Sebagai informasi, hingga minggu kedua Oktober 2024, BI telah menyalurkan insentif KLM sebesar Rp 256,5 triliun kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp 119 triliun, Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) sebesar Rp 110,2 triliun, Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebesar Rp 24,6 triliun, dan Kantor Cabang Bank Asing (KCBA) sebesar Rp 2,7 triliun.

Insentif KLM tersebut disalurkan kepada sektor-sektor prioritas, yaitu hilirisasi minerba dan pangan, UMKM, sektor otomotif, listrik, gas dan air.

Tonton: IHSG Kembali Naik, CEK 10 Saham LQ45 dengan PER Terendah & Tertinggi 17 Oktober 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×