kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Ini Sederet Tantangan yang Bisa Tekan Optimisme Masyarakat di 2022


Senin, 10 Januari 2022 / 16:39 WIB
Ini Sederet Tantangan yang Bisa Tekan Optimisme Masyarakat di 2022
ILUSTRASI. Ekonom Bank Permata memperkirakan, optimisme masyarakat masih akan terjaga di tahun 2022.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Ekonom Bank Permata memperkirakan, optimisme masyarakat masih akan terjaga di tahun 2022. Ini salah satunya tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang masih berada di atas 100. 

Kepala ekonom Bank Permata Josua Pardede meramal, IKK pada tahun 2022 akan berada di kisaran 118 hingga 125.  Sayangnya, jalan tak akan selalu mulus. Josua melihat masih ada beberapa tantangan yang bisa melemahkan optimisme konsumen pada tahun ini. 

“Bahkan ini membuat ada potensi peningkatan IKK di tahun 2022 tidak akan setinggi tahun lalu, seiring dengan hambatan dari beberapa sisi,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Senin (10/1). 

Josua kemudian memerinci, dari sisi eksternal, terdapat varian Omicron yang menjadi ancaman bagi pemulihan ekonomi. Apalagi, penyebaran varian ini dilaporkan lebih tinggi dibandingkan varian lainnya meskipun cenderung tidak terlalu parah. 

Baca Juga: Ini Salah Satu Bukti Aktivitas Belanja Masyarakat Mulai Naik di Akhir Tahun 2021

Tingginya level penyebaran kemudian berpotensi mendorong pemerintah untuk meningkatkan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) seperti pada kuartal III-2021 saat gelombang kedua Covid-19. 

“Risiko tersebut berpotensi menurunkan IKK, bila melihat peristiwa tahun lalu. Meskipun di tahun ini cenderung sementara,” jelas Josua. 

Kemudian, dari sisi dalam negeri, ada penyesuaian beberapa harga diatur oleh pemerintah yang berpotensi meningkatkan inflasi. Ini pun akan membatasi peningkatan IKK. 

Kenaikan yang setidaknya berpotensi terjadi di tahun ini antara lain Pajak Pertambahan Nilai (PPN), tarif dasar listrik, dan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi. 

Baca Juga: Porsi Pendapatan Konsumen yang Digunakan untuk Konsumsi Meningkat di Akhir 2021

Kenaikan berbagai harga barang tersebut akan menekan daya beli masyarakat, terutama kelas menengah. Nah, penurunan daya beli ini akan memengaruhi laju pertumbuhan IKK dan bahkan berpotensi menurunkan IKK secara sementara. 

Dari berbagai risiko tersebut, Josua kemudian menyarankan pemerintah untuk terus menjaga momentum pemulihan ekonomi dengan berbagai cara. 

Baca Juga: Konsumen Makin Optimistis di Kuartal IV 2021

Pertama, dengan memperkuat penanganan kesehatan. Pemerintah perlu melihat kondisi penyebaran Omicron di Indonesia. Hal ini juga bisa menjadi pertimbangan bila pemerintah ingin memulai proses normalisasi kebijakan fiskal. 

Kedua, pemerintah perlu melanjutkan penyaluran secara khusus program perlindungan sosial bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk menjaga momentum keyakinan konsumen dan mendukung pemulihan ekonomi tahun ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×