Reporter: Risky Widia Puspitasari | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Indonesia sebagai negara maritim memiliki potensi produksi perikanan terbesar di dunia, yaitu sekitar 65 juta ton per tahun. Sementara, potensi perikanan yang baru dimanfaatkan saat ini baru 13,62 juta ton atau sekitar 21 % saja. Masih kalah jauh dengan produktivitas China yang meskipun wilayah lautnya hanya menduduki peringkat ketujuh.
Untuk itu, Ketua Pengembangan Ekonomi Maritim Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Rokhmin Dahuri menyarankan Presiden Indonesia terpilih berikutnya untuk bisa mengoptimalkan potensi tersebut.
Menurutnya, sayang jika potensi besar tetapi dicuri oleh orang lain. Jadi kata dia, dalam menjaga kekayaan laut jangan hanya mengandalkan security approach, tetapi juga melalui cara-cara ekonomi produktif. Diantaranya dengan meningkatkan kemampuan SDM dan perbaikan infrastruktur.
“Kalau mau lawan ilegal fishing harus pakai strategi, sekarang di lapangan kapal kurang, nelayan bisa disogok duit,” ujarnya saat ditemui di Diskusi Laut dan Perikanan di Menara Kadin, Jumat (21/2).
Selain itu, untuk menjaga kekayaan laut pemanfaatan teknologi harus dimaksimalkan. Misalnya dengan melalui cara bioteknologi atau nano teknologi. Penggunaan bioteknologi bisa dengan cara ekstrasi senyawa bioaktif dari biota laut.
“Bahan tersebut digunakan untuk bahan baku industri makanan, minuman, farmasi, kosmetika dan lainnya,” ujarnya.
Tidak hanya ekstraksi senyawa bioaktif, cara rekayasa genetik untuk menghasilkan bibit dan benih unggul pun bisa dilakukan untuk mendapatkan produksi perikanan yang baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News