Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan menggunakan kebijakan moneter yang terukur untuk menghadapi gejolak global. Dalam hal ini, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kebijakan moneter akan digunakan untuk mengendalikan inflasi dan menjaga pergerakan nilai tukar rupiah.
“Kebijakan moneter kami gunakan untuk mengendalikan inflasi dan memastikan rupiah relatif stabil agar tidak menimbulkan imported inflation. Jadi, kebijakan moneter akan pro stabilitas,” tutur Perry dalam pembacaan hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis (20/10).
BI akan menggunakan kebijakan suku bunga dari instrumen moneter untuk menjaga inflasi. Dari Agustus 2022 hingga Oktober 2022, BI sudah menaikkan suku bunga acuan total 125 basis poin (bps) sebagai respon dari peningkatan inflasi.
Pada September 2022, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat sudah mencapai 5,95% yoy, atau melampaui batas atas kisaran sasaran BI yang sebesar 4% yoy. Dengan kenaikan suku bunga acuan, BI yakin bisa membawa kembali inflasi umum ke kisaran sasaran yang sebesar 3% yoy plus minus 1% pada semester II-2023.
Baca Juga: BI Bulatkan Tekad untuk Bawa Inflasi Inti ke Kisaran Sasaran pada Semester I 2023
Menurut perhitungan Perry, inflasi akan kembali ke kisaran sasaran di kuartal III-2023. Pada periode tersebut, ia meyakin inflasi akan bergerakdi kisaran 3,5% yoy hingga 3,6% yoy. Bertahap turun, pada kuartal IV-2023, inflasi akan berada di titik tengah kisaran sasaran, yaitu sebesar 3% yoy.
Sedangkan untuk inflasi inti yang mencerminkan kekuatan permintaan dan penawaran secara agregat, ditargetkan turun pada paruh pertama 2023. Dengan turunnya inflasi inti, diharapkan daya beli masyarakat tetap terjaga.
Namun, Perry juga mengaku butuh uluran tangan pemerintah untuk mengendalikan inflasi dari sisi suplai. Dengan demikian, BI berkoordinasi dengan pemerintah lewat Tim Pengendalian Inflasi (TPI) baik pusat maupun daerah.
Selanjutnya, BI akan menggunakan kebijakan moneter untuk intervensi di pasar valuta asing dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Bila ada gonjang-ganjing dalam pergerakan rupiah, BI akan sigap untuk melakukan intervensi.
“Kami intervensi di pasar tunai, pasar spot, DNDF, dan juga operasi di pasar surat berharga negara (SBN) sekunder,” tegas Perry. Langkah ini, juga terkenal dengan sebutan triple intervention.
Perry menambahkan, intervensi di pasar SBN sekunder adalah dengan pembelian serta penjualan SBN untuk menjaga imbal hasil (yield) SBN tetap menarik di mata investor asing. Dengan demikian, ada aliran masuk modal asing dan beban biaya fiskal pun berkurang.
“Ini lah bentuk pro stabilitas dari sisi kebijakan moneter. Respon kebijakan suku bunga yang pre emptive, front loading, dan forward looking, akan membawa inflasi kembali ke kisaran sasaran dan stabilisasi rupiah,” kata Perry.
Baca Juga: Soal RUU P2SK, Gubernur BI Tegaskan Independensi BI
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News