kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini alasan pemerintah gandeng pihak swasta untuk memproduksi vaksin corona


Rabu, 09 September 2020 / 19:30 WIB
Ini alasan pemerintah gandeng pihak swasta untuk memproduksi vaksin corona


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan melibatkan perusahaan swasta untuk memproduksi vaksin Covid-19.  Ketua Penanggung Jawab Tim Nasional Percepatan Pengembangan Vaksin Covid-19 Bambang Brodjonegoro menjelaskan, sudah ada 3 perusahaan yang berpotensi terlibat.

"Kami dalam konsorsium vaksin merah putih juga akan mengundang beberapa perusahaan farmasi swasta untuk ikut memproduksi vaksin Covid-19. Sejauh ini sudah ada 3 perusahaan yang potensial tetapi tentunya mereka harus segera mengurus izin ke BPOM untuk cara pembuatan vaksin yang baik, demikian juga mereka harus menyiapkan line of production khusus untuk vaksin Covid-19 ini," terang Bambang, Rabu (9/9).

Menurut Bambang, hal ini pun dilakukan untuk menunjang produksi vaksin Covid-19 selain dari hasil produksi PT Bio Farma yang berencana memproduksi 250 juta dosis vaksin Covid-19 per tahun.

Baca Juga: Vaksin merah putih diperkirakan bisa produksi massal di kuartal IV 2021

Adanya tambahan produksi dari perusahaan swasta pun diharapkan membuat Indonesia mandiri dalam menyediakan dan mengembangkan vaksin Covid-19. Menurutnya, ini juga turut memenuhi kebutuhan vaksin mengingat adanya kemungkinan pemberian vaksin tidak hanya satu kali.

"Dari penelitian di tahap awal, ada kemungkinan pemberian vaksin ini bisa lebih dari sekali untuk setiap individu. Jadi kalau penduduk kita itu 270 juta pada hari ini misalkan. maka vaksinasi yang harus diberikan minimal 540 juta,  dan otomatis ini membutuhkan kapasitas produksi yang besar," jelas Bambang.

Sementara itu, saat ini Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman tengah berupaya mengembangkan bibit vaksin merah putih. Saat ini, pengembangan bibit vaksin ini sudah mencapai 50%.

Baca Juga: Uji coba vaksin corona dihentikan, saham AstraZeneca langsung anjlok

Ditargetkan, uji vaksin ini pada hewan sudah bisa diselesaikan di akhir tahun. Dengan begitu, bibit vaksin bisa segera diserahkan ke PT Bio Farma untuk dilakukan formulasi produksi dalam rangka uji klinis, baik uji klinis tahap 1, 2 dan 3.

Setelah uji klinis selesai dan BPOM mengatakan bahwa vaksin merah putih ini aman digunakan dan cocok untuk menjaga daya tahan tubuh terhadap Covid-19, maka produksi massal akan dilakukan oleh PT Bio Farma. Diperkirakan produksi massal akan bisa dilakukan di triwulan IV 2021. Produksi vaksin ini  akan melengkapi vaksin dari Sinovac dan  G42 dari Uni Emirat Arab.

Bambang juga menerangkan, bibit vaksin merah putih yang dikembangkan menggunakan isolat virus yang berada di Indonesia. Dengan begitu diharapkan vaksin ini cocok untuk menjaga daya tahan tubuh masyarakat Indonesia terhadap Covid-19.  

Baca Juga: Istana jelaskan maksud pembentukan tim percepatan pengembangan vaksin Covid-19

Lebih lanjut Bambang pun mengatakan pengembangan vaksin Covid-19 akan dilakukan dengan cepat tetapi prosesnya akan mengikuti prosedur yang ada.

"Yang paling penting mengikuti segala prosedur  karena vaksin itu harus aman, tidak ada efek samping yang membahayakan, dan satu lagi vaksin itu diharapkan akan manjur atau berkhasiat untuk memperkuat daya tahan tubuh kita menghadapi virus Covid-19," terang Bambang.

Selanjutnya: Faktor ini jadi kunci pembentuk pola pemulihan ekonomi Indonesia menurut Chatib Basri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×