kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.057   73,61   1,05%
  • KOMPAS100 1.055   14,53   1,40%
  • LQ45 829   11,90   1,46%
  • ISSI 214   1,19   0,56%
  • IDX30 423   6,79   1,63%
  • IDXHIDIV20 510   7,68   1,53%
  • IDX80 120   1,66   1,40%
  • IDXV30 125   0,79   0,63%
  • IDXQ30 141   2,04   1,47%

Ini alasan KPK tidak sita buku tahlilan Ibas


Rabu, 13 November 2013 / 23:19 WIB
Ini alasan KPK tidak sita buku tahlilan Ibas
ILUSTRASI. Mual akibat asam lambung


Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak turut menyita buku tahlilan yang bergambar wajah Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas saat menggeledah kediaman mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum di Jakarta, Selasa (12/11/2013).

Alasannya, KPK menganggap buku tersebut tidak ada kaitannya dengan kasus dugaan korupsi Hambalang. "Ada semacam buku tahlil juga, yang ada Ibas. Tidak disita karena tidak ada kaitannya dengan kasus yang disidik KPK," terang Juru Bicara KPK, Johan Budi di Gedung KPK RI, Rabu (13/11/2013).

Sementara itu, menurut Johan, buku tahlilan bergambar wajah Anas disita karena dianggap penting untuk penyidikan kasus tersebut. Buku tersebut dicetak pada tahun 2009. "Jadi itu buku tahlilan yang ada gambarnya Pak Anas Urbaningrum itu tahun 2009. Penyidik menilai itu penting," kata Johan.

Johan mengatakan, apa pun yang dianggap tidak berkaitan dengan kasus maka tidak akan disita. Termasuk jika menemukan sejumlah uang saat penggeledahan. "Sebenarnya KPK melihat ada uang-uang lain selain Rp 1 miliar. Tapi uang itu tidak disita karena penyidik menganggap uang itu tidak berkiatan dengan kasus yang disidik KPK," ujarnya.

Sebelumnya, terkait penyitaan buku tahlilan itu, Anas melalui pengacaranya, Firman Wijaya, mempertanyakan alasan KPK yang tidak menyita buku tahlil bergambar Ibas. Firman menuduh KPK tebang pilih karena menyita buku tahlil bergambar Anas, tetapi tidak mengambil buku bergambar Ibas.

“Buat kita satu hal, ada jejak Ibas di rumah Anas. Ada kesan diskriminatif KPK. Kalau penggeledahan, kita serahkan selama relevan. Selama ini kami juga kooperatif, tidak ke mana-mana. Tapi yang kami pertanyakan kenapa ada perlakuan spesial terhadap orang-orang tertentu? Ini yang kami sayangkan,” kata Firman di Gedung KPK, Jakarta. (Dian Maharani/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×