Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Pada 17 Oktober 2007, sebuah telegram rahasia dikirim kedutaan besar AS di Jakarta untuk para diplomat Amerika di Canberra, Australia, dan CIA.
Isinya, saat terungkap enam tahun kemudian, menjadi aspek paling kontroversial dari skandal mata-mata Australia terhadap Indonesia karena sasarannya adalah ibu negara Indonesia.
Telegram tersebut membahas "dinamika baru" dalam keseimbangan kekuasaan di pentas politik Indonesia dengan munculnya seorang pemain yang menjadi penasihat paling berpengaruh bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun orang penting baru ini, kata telegram itu, bukan wakil presiden, bukan pula anggota kabinet inti SBY. Dia adalah istri SBY, yaitu Kristiani Herawati, atau dikenal sebagai Ibu Ani Yudhoyono. Demikian laporan media Australia, The Australian, dalam situs web-nya, Sabtu (14/12).
"Menurut sejumlah kontak, ibu negara Indonesia telah menancapkan pengaruhnya ke istana dan muncul sebagai penasehat tak terbantahkan bagi Presiden SBY," kata telegram itu. "Naiknya Kristiani Herawati rupanya mengorbankan para penasihat penting lainnya. Ibu negara diduga telah memanfaatkan aksesnya ke Presiden demi membantu teman-temannya dan meremehkan para musuhnya, termasuk wakil presiden (Jusuf) Kalla," tulis laporan itu.
Telegram itu mengatakan, Ibu Ani membatasi akses para penasihat lain ke Presiden dan bahwa "dengan memperkuat perannya sebagai gatekeeper, ibu negara mampu menyediakan bagi Presiden pandangan dan perspektif kebijakan yang dipilihnya sendiri."
Pandangan yang termuat dalam telegram pihak Amerika itu dibagikan badan-badan intelijen Australia, yang juga mencatat pengaruh Ibu Ani tersebut. Di kalangan intelijen Barat, Ibu Ani diketahui tidak punya minat untuk jadi presiden tetapi telah menjadi broker kekuasaan di dalam pemerintahan negara tetangga terbesar dan terpenting bagi Australia.
Bagi lembaga intelijen Australia Defence Signals Directorate (DSD) dan badan-badan mata-mata lain di Canberra, mereka secara alamiah penasaran untuk tahu lebih banyak tentang dinamika baru di Jakarta tersebut. Mereka mempertimbangkan apakah peran kekuasaan Ibu Ani merupakan bagian dari rencana yang dicurigai untuk membuat dinasti keluarga yang berpuncak anak sulungnya akhirnya akan menjadi presiden. Dan apa dinamika antara Ibu Ani dan kelompok-kelompok Islam yang dia rayu untuk menopang dukungan politik buat suaminya?
Menurut The Australian, ketika keputusan diambil pihak DSD untuk memantau telepon Presiden Yudhoyono dan rekan-rekan paling senior dalam kepemimpinannya, diyakini bahwa ada alasan kuat untuk juga menyasar ponsel milik Ibu Ani. "Memantau pemikiran dan koneksi penasihat politik terdekat Presiden sangat berguna," kata salah satu orang dalam di operasi itu yang meminta tidak disebutkan namanya.
"Dengan siapa dia berurusan secara keuangan, siapa berperan sebagai apa dalam partai, bagaimana struktur dan apa basis kekuatan yang sedang bergeser di Indonesia? Setiap badan intelijen akan senang untuk memiliki informasi tersebut."
Namun bulan lalu, ketika dokumen, yang dibocorkan mantan karyawan Badan Keamanan Nasional (NSA) AS, Edward Snowden, itu menunjukkan bahwa pada 2009 DSD telah menyasar ponsel SBY, Ibu Ani dan delapan pemimpin Indonesia lainnya, respon awal dari banyak kalangan di Indonesia dan Australia adalah, "Mengapa harus ibu negara?" Para ibu negara hidup dalam bayang-bayang para suami mereka, tersenyum malu-malu di depan umum, mendukung aksi amal dan membesarkan anak-anak. Menyadap ponsel mereka pasti hanya akan menghasilkan informasi tentang daftar belanja dan gosip murahan. Itu pasti langkah yang terlalu jauh, sebuah langkah arogan yang melampau batas dari negara yang badan mata-matanya tampak bertindak di luar kendali.
Menurut The Australian, SBY tampaknya setuju bahwa penyadapan telepon istrinya merupakan langkah yang terlalu jauh. Lihat saja kemarahan yang terpancar dari tweet awalnya di Twitter setelah berita itu tersiar.
Namun Inquirer mengatakan, badan-badan intelijen yakin ada alasan keamanan nasional untuk membenarkan penyadapan terhadap Ani Yudhoyono. Keputusan untuk memantau teleponnya jelas disengaja dan diperhitungkan, dan tidak didasarkan pada gagasan sembrono bahwa DSD mencoba untuk mendengarkan hanya karena hal itu bisa dilakukan. Keputusan untuk menyadap juga tidak hanya didasarkan pada kenyataan bahwa SBY sesekali menggunakan ponsel istrinya dan bukan punyanya sendiri.
Sifat hubungan pembagian kekuasaan antara SBY dan Ibu Ani membuat tak terelakkan bagi DSD saat memutuskan untuk menyadap telepon Presiden SBY maka mereka juga menyadap ponsel Ibu Ani.
Kantor Perdana Menteri Australia menolak untuk mengomentari laporan itu. Pihak kementerian mengatakan, mereka tidak mengomentari masalah intelijen. (Egidius Patnistik)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News