CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Inflasi Oktober 2014 akan lebih tinggi dari 2013


Senin, 27 Oktober 2014 / 10:18 WIB
Inflasi Oktober 2014 akan lebih tinggi dari 2013
ILUSTRASI. Harga emas batangan bersertifikat Antam keluaran Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun pada Sabtu (13/5). KONTAN/Baihaki


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan, inflasi Oktober 2014 akan lebih tinggi dari rata-rata inflasi Oktober lima tahun terakhir. Ini terjadi sebagai akibat kekeringan yang melanda di hampir seluruh bagian Indonesia.

Gubernur BI Agus Martowardojo menjelaskan, berdasarkan pantauan inflasi Oktober hingga minggu kedua, tercatat terjadi inflasi ada pada kisaran 0,4%. "Ini lebih tinggi dibandingkan (inflasi) lima tahun terakhir yang ada di kisaran 0,16%," ujar Agus, akhir pekan lalu.

Sekadar gambaran saja, inflasi di bulan Oktober tahun 2013 tercatat 0,09%. Lalu, Oktober 2012 inflasi sebesar 0,16% dan bahkan tahun 2011 tercatat deflasi sebesar 0,12%. Pada Oktober 2010 terjadi inflasi 0,06%, dan tahun 2009 hanya 0,19%.

Menurut Agus, faktor penyebab tingginya inflasi Oktober tahun ini adalah bahan makanan alias volatile food, khususnya cabai. Pemicunya adalah kekeringan yang melanda Indonesia.
Kementerian Perdagangan (Kemdag) mencatat harga rata-rata nasional cabai merah keriting pada Oktober sebesar Rp 32.555 per kilogram (kg), naik 41% dibandingkan sebulan sebelumnya. Sedangkan harga cabai merah biasa naik 37% menjadi Rp 31.072 per kg. Selain cabai, beras juga akan mendongkrak inflasi karena rata-rata harga beras kelas medium naik 14% menjadi Rp 10.177 per kg.

Namun, BI optimis inflasi masih berada dalam target, 4,5% + 1%. Hanya saja kalau ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, kebijakan ini akan membuat inflasi lebih tinggi.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya menjelaskan, kalau harga BBM dinaikkan Rp 3.000  per liter tahun ini, tambahan inflasi akan sebesar 3%-3,5%. Tambahan inflasi ini tergantung pada dampak lingkar kedua akibat BBM naik yaitu pada kenaikan tarif angkutan. "Kalau putaran pertamanya jelas begitu, inflasi naik kurang lebih 1,5%," terang Perry.

Pengamat Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam berpendapat, inflasi pada bulan Oktober akan sebesar 0,4%. Hal ini dikarenakan dua hal. Pertama, pengaruh depresiasi rupiah. Dengan rupiah yang melemah, sektor industri mengimpor bahan baku dengan lebih mahal. Biaya produksi naik lalu imbasnya terjadi kenaikan harga. 

Kedua, adanya ekspektasi kenaikan harga BBM. Masyarakat sudah memiliki pemikiran bahwa suatu saat harga BBM akan naik. "Untuk antisipasi, masyarakat sudah menaikkan harga," papar Latif. 

Kepala Ekonom BII Juniman menilai, pendorong inflasi Oktober adalah kenaikan harga gas LPG di bulan September lalu yang masih membuat harga barang naik. Di beberapa daerah juga terjadi kekeringan sehingga mengganggu pasokan bahan makanan. 

Pada bulan Oktober tahun-tahun lalu, inflasi rendah atau bahkan deflasi karena biasanya pada Oktober terjadi panen. "Sekarang karena kekeringan, justru gagal panen," tutur Juniman.
Hingga akhir tahun, Juni-man memprediksi inflasi akan sebesar 5,12%. Ini tanpa ada kebijakan kenaikan harga BBM. Dengan kebijakan kenaikan Rp 3.000 per liter yang berlaku 1 November, inflasi hingga akhir tahun ini  akan naik ke level 8,24%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×