kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inflasi Juni Tertinggi Sejak 2017, Ini Biang Keroknya


Rabu, 06 Juli 2022 / 04:10 WIB
Inflasi Juni Tertinggi Sejak 2017, Ini Biang Keroknya


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Momok inflasi saat ini tengah membayangi perekonomian dunia. Tak terkecuali Indonesia. 

Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, tingat inflasi Juni mencapai 0,61% (month on month). Angka tersebut naik dibanding bulan Mei yakni 0,4%. 

Sementara, secara year on year, tingkat inflasi pada Juni juga melonjak 4,35%. Level ini merupakan tingkat inflasi tertinggi sejak Juni 2017 atau dalam lima tahun terakhir. Pada saat itu, inflasi berada di level 4,37%. 

Sedangkan jika dilihat secara year to date, yakni periode Januari-Juni 2022, tingkat inflasi berada di posisi 3,19% yang merupakan level tertinggi sejak 2013. Pada periode Januari-Juni 2013, tingkat inflasi secara year to date berada di posisi 3,35%. 

Melansir laman infopublik.id, tingkat inflasi tersebut jauh di atas konsensus pasar atau proyeksi Bank Indonesia (BI). Konsensus dari 14 institusi memperkirakan inflasi Juni hanya menyentuh 0,44% (month on month) dan 4,15% (yoy). 

Sementara, berdasarkan Survei Pemantauan Harga BI pada minggu IV Juni 2022, inflasi Juni hanya diperkirakan mencapai 0,50% (mom).

Lantas apa penyebab inflasi tinggi di Indonesia?

Baca Juga: Inflasi Filipina Tertinggi dalam Nyaris 4 Tahun, Bunga Diproyeksikan Makin Tinggi

Biang kerok penyebab inflasi

Kepala BPS Margo Yuwono menuding hujan deras sebagai penyebab inflasi tinggi. Seperti yang diketahui, hujan deras mengguyur sebagian wilayah tanah air hingga Juni 2022 itu. 

Akibatnya, sejumlah komoditas, seperti sayur-sayuran, cabai merah, cabai rawit, bawang merah, tomat, kangkung, kol putih/kubis, cabai hijau, dan sawi putih/pecay/pitsai, gagal panen. Kelompok tersebut tercatat sebagai penyumbang inflasi terbesar bulan lalu.

Data BPS menunjukkan, cabai merah menyumbang inflasi sebesar 0,24%. Sementara cabai rawit sebesar 0,10%. Merujuk data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN), harga cabai rawit melonjak 53% dari Rp 62.450/kg per 31 Mei menjadi Rp 95.300/kg pada Kamis (30/6/2022).

Baca Juga: Kenaikan Bunga Membayang, Inflasi Thailand Sentuh Titik Tertinggi dalam 14 Tahun

Di sebagian besar wilayah Indonesia bagian timur, harga cabai rawit bahkan menembus Rp 130.000 per kg. Harga cabai rawit termahal tercatat di Provinsi Kalimantan Timur yakni Rp 138.000 per kg.

"Kenaikan cabai karena ada supply shock. Lebih karena faktor cuaca," tutur Margo.

Kenaikan harga juga dialami komoditas lain, seperti bawang merah mencapai 0,08%. Melansir data BPS, harga bawang merah naik 40% dari Rp 42.900 per kg pada akhir Mei menjadi Rp 60.250 per kg pada akhir Juni. 

Inflasi juga terkerek akibat kenaikan harga telur ayam yang meningkat menjadi Rp 29.100 per kg pada akhir Juni dari Rp 28.650 per kg akhir Mei.  

Baca Juga: Hantu Inflasi Melanda Regional, Ini Strategi Negara-negara Asia
 
Ada pula kabar baik di mana harga minyak goreng melandai sehingga menyumbang deflasi pada Juni. 

Di sisi lain, Margo juga mengatakan dampak lonjakan harga komoditas pangan belum banyak ditransmisikan kepada bahan makanan lokal. Bahan makanan yang sebagian besar diimpor seperti gula, kedelai, dan gandum belum menyumbang inflasi secara signifikan.

"Harga global terus merangkak tapi belum terdampak ke dalam negeri. Harga tepung terigu dan gula tapi andil inflasinya masih tegolong rendah," ujar Margo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×