kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Indonesia sampaikan dua isu di G-20


Jumat, 04 November 2011 / 08:01 WIB
Indonesia sampaikan dua isu di G-20
ILUSTRASI. Selain manusia, kucing juga rentan terinfeksi Virus Corona. DOK. Instagram @curlycandle


Reporter: Narita Indrastiti |

JAKARTA. Dalam pertemuan Kelompok 20 atau G-20 yang berlangsung di Cannes, Prancis, Indonesia mendorong dua isu. Indonesia menyerukan negara-negara di Zona Euro segera menyelesaikan krisis agar keuangan global stabil. "Dari diskusi yang dilakukan dengan delegasi Indonesia, sikap Indonesia ini hampir sama dengan negara lain di luar Eropa," kata ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti, yang ikut dalam delegasi Indonesia, Kamis (3/11).

Di bidang keuangan, Indonesia meminta agar pengetatan sektor finansial tidak dilakukan secara global, karena kondisi ekonomi masing-masing negara berbeda. Sebab negara berkembang, termasuk Indonesia masih butuh pertumbuhan ekonomi melalui pertumbuhan kredit.

Menurut Destry, sejauh ini, pembahasan dari G-20 secara umum masih mengarah ke masalah Eropa, khususnya Yunani, Italia dan Spanyol yang sudah diambang kebangkrutan.

Ekonom Universitas Atmajaya Agustinus Prasetyantoko menilai seruan Indonesia agar Eropa segera menyelesaikan krisis utangnya sudah tepat agar efek krisisnya tidak menyebar ke Indonesia. "Namun yang tidak boleh dilupakan adalah bagaimana di forum itu dibahas agar krisis global itu bisa ditangkal oleh Indonesia dan negara kawasan di ASEAN," kata dia.

Aviliani, ekonom EC Think mengingatkan, Indonesia perlu menagih janji negara-negara G-20 untuk menekan lonjakan harga pangan dan energi. Apalagi diproyeksikan akan terjadi kegagalan panen secara global akibat fluktuasi musim di 2012. "Janji ini seharusnya ditagih lagi. Saat ini harga pangan hanya berdasarkan ekspektasi saja. Seharusnya ada semacam kesepakatan harga," kata Aviliani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×