kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45933,49   5,85   0.63%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indonesia kembangkan teknologi detektor nuklir


Kamis, 26 Oktober 2017 / 23:21 WIB
Indonesia kembangkan teknologi detektor nuklir


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Uji Agung Santosa

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pemerintah Indonesia terus mengembangkan teknologi detektor nuklir sehingga tidak bergantung dari impor. Salah satu alat detektor sinyal nuklir yang dikembangkan oleh konsorsium dalam negeri adalah Radiology Delta Monitoring System (RDMS).

Menurut Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Jazi Eko Istianto saat ini pengadaan RDMS masih bergantung impor dari Benua Eropa. Dengan mengembangkan produksi dalam negeri, maka tahun depan pengadaan RDMS akan dipenuhi dari dalam negeri."Ada konsorsium membuat RDMS untuk mengurangi impor jadi produksi dalam negeri," ujar Jazi dalam acara menganugerahkan penghargaan Bapeten Safety and Security Award (BSSA), Kamis (26/10). 

Jazi memaparkan konsorsium yang mengembangkan RDMS terdiri dari BATAN, PT LEN, dan Universitas Gajah Mada. Jika uji coba berhasil maka impor RDMS bisa dihentikan. Menurut Jazi, kebutuhan RDMS untuk peningkatan keamanan dari ancaman nuklir cukup banyak. Indonesia saat ini memerlukan 126 unit RDMS yang harus terpasang di seluruh wilayah. Saat ini baru ada enam yang terpasang di Pulau Jawa.

"Kalau berhasil, akan kia produksi massal. Saat ini prototipe-nya sudah selesai, tapi belum tahu apakah bisa langsung diproduksi atau enggak," kata Deputi Perizinan dan Inspeksi Bapeten Khoirul Huda, menambahkan.

Terkait keamanan bahaya nuklir, Bapeten memberikan reward kepada intansi yang patuh dan mengikuti ketentuan perundangan ketenaganukliran dalam bentuk Bapeten Safety and Security Award (BSSA). BSSA yang diberikan kepada instansi didasarkan pada pertimbangan hasil inspeksi, evaluasi terhadap dosis radiasi bagi pekerja radiasi, proses perizinan, dan status kejadian kedaruratan nuklir di instansi tersebut menunjukkan kinerja keselamatan radiasi dan keamanan sumber radioaktif yang sangat baik. 

Sedangkan BSSA yang diberikan kepada kepala daerah didasarkan pada pertimbangan bahwa daerah tersebut memiliki populasi instansi penerima BSSA dalam jumlah yang signifikan. Bapeten sendiri telah melaksanakan penganugerahan BSSA kepada pengguna sebanyak 3 kali, sedangkan untuk kepala daerah baru menjadi yang pertama kali. Tahun ini Bapeten menganugerahkan BSSA kepada 229 instansi yang terdiri dari 87 instansi medik dan 142 instansi penelitian dan industri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×