kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indonesia jadi negara terbaik kedua untuk investasi versi USNews, ini tanggapan Kadin


Selasa, 03 Agustus 2021 / 10:37 WIB
Indonesia jadi negara terbaik kedua untuk investasi versi USNews, ini tanggapan Kadin
ILUSTRASI. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani


Reporter: Vina Elvira | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski masih berjuang melewati kondisi pandemi Covid-19, Indonesia tetap dianggap sebagai negara yang memiliki potensi menarik untuk berinvestasi di sepanjang tahun 2021. 

Mengutip laporan USNews, Indonesia menduduki posisi kedua sebagai negara terbaik untuk investasi langsung pada tahun 2021. 

Sebagaimana diketahui, USNews membuat survei negara terbaik untuk berinvestasi (best countries to invest) tahun 2021. Peringkat ini diambil dari hasil survei berbasis persepsi global mengacu pada delapan atribut negara yang berbobot sama. 

Di antaranya, tingkat korupsi, dinamika, stabilitas ekonomi, kewirausahaan, aturan pajak yang menguntungkan, inovatif, tenaga kerja terampil, dan keahlian teknologi.

Dari lima negara terbaik untuk investasi berdasarkan survei tersebut, Indonesia berada di urutan kedua setelah Meksiko. Lalu disusul Lithuania di posisi ketiga, Uni Emirat Arab (4) dan Malaysia (5). 

Baca Juga: Ekonom: Indonesia harus terus perbaiki level kemudahan berinvestasi

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Kamdani menyatakan, hasil survei tersebut sangat menyanjung dan menguntungkan Indonesia. Yang mana membuat pihaknya lebih semangat dan terpacu untuk memperbaiki iklim usaha nasional agar dapat semakin bersaing di dunia dan bisa benar-benar menjadi negara ramah investasi. 

"Image Indonesia sebagai negara ramah investasi bisa menjadi top of mind para pelaku ekonomi dunia, tidak berhenti pada survei ini saja," kata Shinta saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (2/8). 

Dia memaparkan, prospek investasi Indonesia sangat beragam, terutama sejak disahkannya UU CK dan adanya Perpres 10/2021. Shinta menyebut, Indonesia bisa mulai dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) super prioritas, yang hampir semua aspek investasinya difasilitasi dan menguntungkan bagi para calon investor. 

"Dan strategis untuk transformasi ekonomi nasional," paparnya. 

Lebih lanjut Shinta menjelaskan, kelemahan terbesar Indonesia untuk meningkatkan minat investasi adalah dari sisi konsistensi implementasi kebijakan-kebijakan yang pro investasi di lapangan. Kemudian, yang tak kalah penting adalah masalah stagnasi reformasi struktural. 

"Sebagai negara berkembang yang ingin menjadi negara maju, kita seharusnya menyadari bahwa reformasi struktural terhadap iklim usaha dan investasi nasional mutlak dilakukan secara terus menerus, agar Indonesia selalu memiliki daya saing yang tinggi terhadap kompetitor lain yang sama-sama berjuang untuk memperoleh perhatian dan share investasi yang lebih besar dari ekonomi global," jelas dia. 

Ke depannya, kondisi tersebut harus diperbaiki melalui review berkala terhadap kebijakan investasi dan iklim usaha nasional di masing-masin sektor. Hal itu untuk memastikan bahwa daya saing iklim usaha Tanah Air selalu yang terdepan dan relevan dengan kebutuhan investor nasional dan global yang terus berubah. 

Lalu, harus ada perbaikan kapabilitas human capital Indonesia. Shinta bilang, investasi di masa depan akan sangat tergantung pada kualitas human capital yang mumpuni. 

Sebab, teknologi akan semakin berkembang dan menggantikan pekerjaan manusia pada fungsi-fungsi pekerjaan low skilled dan unskilled. Yang lantas membuat lapangan pekerjaan ke depan akan lebih terbuka pada posisi-posisi yang berkualitas tinggi dan adaptif terhadap teknologi. 

Baca Juga: Kementerian Investasi resmi mengoperasikan OSS berbasis risiko resmi

"Dengan struktur angkatan kerja yang ada sekarang, rendahnya kualitas dan kapabilitas human capital Indonesia akan menjadi kendala investasi di masa depan, karena investasi sektor jasa dan industri yang melibatkan teknologi tinggi akan jauh lebih banyak daripada sekedar investasi manufaktur atau investasi padat karya seperti pada generasi yg lalu," beber Shinta. 

Investasi jasa dan investasi teknologi, kata dia, tidak akan mau masuk ke negara yang tidak bisa memberikan suport tenaga kerja yang baik bagi industrinya. Maka dari itu, bila Indonesia tidak segera mengubahnya, ini akan menjadi masalah peningkatan minat investasi di Indonesia dalam jangka menengah dan panjang. 

"Tantangan-tantangan ini sebetulnya sangat bisa diatasi dari sekarang. Hanya perlu konsistensi-nya saja. Selama kita konsisten dan terus menerus bekerja keras memperbaiki diri, kita akan selalu terdepan dan semakin bersaing sebagai negara tujuan investasi global," pungkas dia. 

Selanjutnya: Sepakat PPKM level 4 diperpanjang, Ketua Fraksi PAN DPR minta perbaikan kebijakan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×