kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.928.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.520   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

Indonesia dan Malaysia akan berjuang bersama hadapi diskriminasi sawit


Sabtu, 06 Februari 2021 / 07:38 WIB
Indonesia dan Malaysia akan berjuang bersama hadapi diskriminasi sawit
ILUSTRASI. Presiden Joko Widodo ajak Perdana Menteri Malaysia Tan Sri Muhyiddin Yassin bersama-sama melawan diskriminasi sawit.


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia dan Malaysia, dua negara penghasil produk kelapa sawit terbesar di dunia akan bergandengan tangan menghadapi tekanan terhadap sawit di pasar global. Hal itu mengemuka dalam pertemuan kedua pemimpin negara di Jakarta.

Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo mengajak Perdana Menteri Malaysia Tan Sri Muhyiddin Yassin untuk bersama-sama berjuang melawan diskriminasi sawit.

Hal ini disampaikannya dalam upacara penyambutan Perdana Menteri Malaysia di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (5/2).

"Indonesia akan terus berjuang untuk melawan diskriminasi terhadap sawit dan perjuangan tersebut akan lebih optimal jika dilakukan bersama," ujar Jokowi.

Baca Juga: Jokowi dan Muhyiddin membahas kudeta militer di Myanmar

Jokowi pun berharap, Malaysia memiliki komitmen yang sama dalam mengatasi isu-isu yang berkaitan dengan sawit.

Seperti diketahui, komoditas sawit mengalami berbagai hambatan di pasar internasional. Salah satunya terkait kebijakan Renewable Energy Directive II (RED II) yang dianggap mendiskriminasi kelapa sawit.

Sementara itu, Perdana Menteri Malaysia Tan Sri Muhyiddin Yassin pun memastikan bahwa Malaysia akan terus bekerjasama dengan Indonesia dalam isu diskriminasi minyak sawit.

"Ini memastikan kita dapat melindungi industri sawit, terutamanya menyelamatkan berjuta-juta pekebun-pekebun kecil yang bergantung hidup
sepenuhnya kepada industri sawit di Malaysia dan Indonesia," ujarnya.

Adapun, dia menilai bahwa adanya kampanye anti minyak sawit pun tidak berasas dan tidak menggambarkan kelestarian industri sawit dunia. Dia pun menilai kampanye anti minyak sawit ini berlawanan dengan komitmen kepada WTO mengenai perdagangan bebas.

Selanjutnya: Austindo Nusantara (ANJT) akan tambah produksi edamame dan sagu tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×