Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tiga negara yang dikenal sebagai pemilik hutan tropis terbesar di dunia, yaitu Indonesia, Brasil dan Republik Demokratik Kongo telah menggelar pertemuan trilateral guna menjalin kerja sama strategis dan sinergis.
Kerja sama mencakup sejumlah hal, baik dalam pengelolaan hutan maupun pengalaman lainnya yang berhasil dijalankan tiga negara ini dalam upaya pengendalian perubahan iklim.
Pertemuan trilateral tersebut dilakukan di arena the 26th UN Climate Change Conference of the Parties (COP26) United Nations Framework on Climate Change Conference (UNFCCC) Glasgow, Skotlandia, Jumat (12/11).
“Banyak potensi kolaborasi yang bisa dilakukan Indonesia, Brasil, dan Kongo,” kata Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Minggu (14/11).
Baca Juga: Jokowi fokus bahas UMKM dan perubahan iklim dalam KTT ABAC
Alue menerangkan, dalam pertemuan terdapat beberapa potensi kerja sama dari tiga negara tersebut. Indonesia menawarkan sharing pengalaman dan keahlian kepada Republik Demokratik Kongo dan Brasil terkait pengurangan deforestasi, pengendalian dan penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta dalam hal pengelolaan hutan sosial untuk masyarakat.
Brasil yang memiliki pengalaman luas dalam pelaksanaan pembayaran jasa ekosistem (PES), pengelolaan dana iklim lewat lembaga Amazon Fund, juga kerjasama kegiatan pengelolaan praktik pertanian dan peternakan yang rendah emisi, pengelolaan sampah dan sanitasi.
Sementara Demokratik Republik Kongo, ingin banyak belajar dari Indonesia dan Brasil, sehingga meminta dukungan dan bimbingan teknis dari kedua negara itu dalam program REDD+, pengelolaan hutan secara berkelanjutan, termasuk gambut. Ketiga negara juga membicarakan terkait program keanekaragaman hayati dan bioprospeksi serta rehabilitasi dan konservasi mangrove.
“Setelah pertemuan tersebut, Menteri Brasil, Republik Demokratik Kongo dan saya menugaskan masing-masing pejabat perwakilan untuk membahas tindak lanjut teknis terkait area kerjasama potensial yang dapat dilakukan ke depan baik dalam kerangka kerja sama bilateral maupun trilateral," ungkap Wamen Alue Dohong.