kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Impor barang modal turun, bagaimana investasi?


Kamis, 10 April 2014 / 20:24 WIB
Impor barang modal turun, bagaimana investasi?
ILUSTRASI. Manfaat Rebusan Daun Salam untuk Kesehatan


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Investasi tahun ini bakal melambat. Hal ini tercermin dari impor barang modal yang menunjukkan adanya penurunan pada awal tahun. Meskipun begitu, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) masih optimis terhadap investasi tahun ini.

Deputi Bidang Pengendalian Penanaman Modal (BKPM) Azhar Lubis mengatakan, penurunan impor barang modal yang terjadi pada awal tahun baru akan terasa dampaknya pada tiga hingga enam bulan mendatang. "Bukan langsung saat ini dampaknya," ujar Azhar kepada KONTAN, Kamis (10/4).

Sebagai gambaran, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) impor mesin dan peralatan mekanik pada Januari dan Februari 2014 sebesar US$ 4,24 miliar. Nilai ini turun 3,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 4,39 miliar.

Sebenarnya penurunan impor barang modal ini sudah terasa sejak akhir tahun lalu. Desember 2013 impor mesin dan peralatan mekanik tercatat US$ 2,35 miliar atau turun 4,17% dibanding bulan sebelumnya.

Ketika ditanyakan berapa realisasi investasi triwulan I 2014, Azhar enggan menuturkannya. Menurutnya, sekarang ini perusahaan baru mulai menyampaikan realisasi investasinya selama Januari hingga Maret. Nanti pengumuman angka realisasi akan dilakukan pada akhir April.

Kepala BKPM Mahendra Siregar sebelumnya menjelaskan, BKPM optimistis realisasi pada periode pertama 2014 bisa mencapai Rp 100 triliun. Pada tahun 2013 kemarin, realisasi investasi triwulan I mencapai Rp 93 triliun.

Adapun Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menilai menurunnya impor barang modal pada awal tahun lebih disebabkan faktor siklus saja. Awal tahun biasanya impor belum aktif.

Kebijakan menaikkan pajak penghasilan (PPh) pasal 22 dari 2,5% ke 7,5% yang dikeluarkan pemerintah, diakui Bambang efektif untuk menarik investasi. Buktinya ada perusahaan industri ponsel yang akhirnya membangun pabriknya di tanah air akibat kebijakan ini.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual berpendapat investasi pada tahun ini memiliki kecenderungan melambat. Perlambatan ini sudah terlihat semenjak akhir tahun 2013. Menurutnya, ketidakpastian soal kebijakan politik ke depan menjadi alasan investor masih menunggu untuk masuk.

"Masih menunggu hasil pemilu," tandas David.

Program-program kebijakan pemerintahan baru ke depan menjadi sesuatu yang ditunggu oleh investor. Apalagi kebijakan Daftar Negatif Investasi (DNI) yang mendorong investasi hingga sekarang ini belum juga dikeluarkan pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×