Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Reformasi struktural menjadi syarat mendasar dan utama bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang baik dan berkelanjutan. Kalau hal itu bisa dilakukan maka Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2018 mendatang bisa mencapai 6,5%.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan penguatan modal dasar pembangunan mulai dari infrastruktur, sumber daya manusia (SDM), institusi, dan teknologi menjadi elemen yang perlu ditingkatkan menuju pertumbuhan 6,5%.
"Kalau reformasi struktural tidak dilakukan maka pertumbuhan maksimal 6% saja," ujar Juda dalam Bincang-Bincang Media di Jakarta, Kamis (3/4).
Menurut Juda, yang menjadi kendala fundamental perekonomian Indonesia adalah kapasitas produksi nasional. Hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi tinggi yang menimbulkan ketidakseimbangan makro ekonomi karena bersumber dari impor.
Kenaikan permintaan barang dan jasa tidak diimbangi dengan kapasitas produksi nasional dari sisi investasi, industri dan perdagangan serta infrastruktur. Inilah yang kemudian membawa Indonesia pada permasalahan current account deficit atawa defisit transaksi berjalan dan berpotensi terjebak dalam negara berpendapatan menengah. "Masalah inilah yang harus kita selesaikan," tandas Juda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News