Reporter: Siti Masitoh | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Cadangan devisa Indonesia diperkirakan menurun pada 2025 ini imbas sentimen risk-off yang kemungkinan meningkat di tengah pemerintahan presiden terpilih Amerika Serikat Donal Trump.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan, kebijakannya Trump yang berfokus ke dalam negeri dapat memicu gelombang baru perang dagang dan mata uang, akan mendorong inflasi AS lebih tinggi dan memaksa The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuannya yang tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Ditambah dengan risiko perlambatan pertumbuhan yang berkepanjangan di China, faktor-faktor tersebut lanjutnya, kemungkinan akan mendorong peningkatan permintaan untuk aset-aset safe-haven, terutama dolar AS, sekaligus berpotensi mendorong arus modal keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Selain itu, kebijakan proteksionisme Trump juga dinilai dapat menghambat kemajuan disinflasi AS, sehingga membatasi kemampuan The Fed untuk memangkas FFR lebih lanjut. Alhasil ini meningkatkan daya tarik aset AS.
Baca Juga: Cadangan Devisa Indonesia Januari 2025 Diproyeksi Naik, Ini Penyebabnya
Pun dengan kenaikan imbal hasil US Treasury yang diperkirakan bisa berlanjut karena agenda pemotongan pajak Trump dapat memperburuk defisit fiskal AS, sehingga semakin memperkuat nilai tukar Dolar AS terhadap mata uang global lainnya.
Sejalan dengan itu, Josua juga memperkirakan bahwa Bank Indonesia akan terus menggunakan cadangan devisanya untuk mengintervensi pasar valuta asing dan menstabilkan nilai tukar rupiah, yang dapat menyebabkan penurunan tingkat cadangan devisa.
Namun demikian, fundamental ekonomi Indonesia yang relatif kuat dan prospek yang baik, dibandingkan dengan negara-negara lain, masih dapat menarik arus modal masuk.
“Mengingat perkembangan ekonomi dan pasar keuangan global baru-baru ini, kami memperkirakan cadangan devisa Indonesia akan berkisar antara US$ 152 miliar - US$ 155 miliar pada akhir 2025,” tutur Josua kepada Kontan, Rabu (8/1).
Baca Juga: Cadangan Devisa Meningkat Jadi US$ 155,7 Miliar Pada Desember 2024
Proyeksi tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan posisi cadangan devisa akhir 2024 sebesar US$ 155,72 miliar.
Melihat proyeksi cadangan devisa tersbeut, Josua memproyeksikan nilai tukar rupiah akan melemah menjadi sekitar Rp16.200 - 16.600 per dollar AS pada akhir tahun 2025, dibandingkan dengan posisi Rp16.102 per dollar AS pada penutupan tahun 2024.
Untuk diketahui, posisi cadangan devisa Indonesia mencapai US$ 155,7 miliar pada akhir Desember 2024, menandai peningkatan sebesar US$ 5,5 miliar dari US$ 150,2 miliar pada November 2024 dan mencapai rekor tertinggi sepanjang masa.
Josua menilai, pencapaian tersebut cukup mengejutkan, mengingat hal ini terjadi di tengah arus keluar portofolio bersih sebesar US$ 1,13 miliar di bulan Desember.
Secara lebih rinci, pasar saham mencatat net outflow sebesar US$ 312,6 juta, pasar Surat Berharga Negara (SBN) membukukan net inflow sebesar US$ 411,6 juta, sementara SRBI mengalami net outflow sebesar US$ 1,50 miliar.
Menurut Bank Indonesia, peningkatan ini terutama didorong oleh penerimaan pajak dan jasa, penarikan pinjaman luar negeri Pemerintah, dan penerimaan ekspor minyak dan gas. Pencapaian ini dicapai di tengah implementasi langkah-langkah stabilisasi rupiah di tengah meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global.
Selanjutnya: Membuka Tahun 2025 PT Tristar Transindo Raih Prestasi Membanggakan di ICON AHM
Menarik Dibaca: Kehancuran Pasar Saham Terbesar Datang, Robert Kiyosaki Borong 4 Aset Riil Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News