kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.061   77,63   1,11%
  • KOMPAS100 1.056   15,88   1,53%
  • LQ45 830   13,14   1,61%
  • ISSI 214   1,37   0,65%
  • IDX30 424   7,47   1,80%
  • IDXHIDIV20 510   8,45   1,68%
  • IDX80 120   1,82   1,54%
  • IDXV30 125   0,87   0,70%
  • IDXQ30 141   2,25   1,62%

ILLC Soroti Minimnya Peran Perempuan di Dunia Teknologi


Selasa, 04 Juli 2023 / 23:00 WIB
ILLC Soroti Minimnya Peran Perempuan di Dunia Teknologi
ILUSTRASI. Inclusive Longlife Learning Conference (ILLC) menyoroti minimnya peran perempuan di dunia teknologi


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - BADUNG. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian melalui Program Kartu Prakerja dan UNESCO Institute menggelar Inclusive Longlife Learning Conference (ILLC) di Hotel Grand Hyatt, Bali pada 3-6 Juli 2023.

Dalam konferensi internasional tersebut membahas berbagai isu, termasuk peran perempuan di dunia teknologi.

Head of Programmes UN Women Indonesia Dwi Faiz menilai peran perempuan di bidang tenologi saat ini masih minim.   Ia mengatakan isu ini menjadi hal penting dan memerlukan solusi yang tepat agar perempuan lebih berdaya dan bisa masuk ke pasar kerja.

"Pembelajaran sepanjang hayat adalah strategi penting untuk memastikan perempuan dapat masuk ke pasar tenaga kerja," kata Dwi dalam diskusi ILLC bertajuk Women in Thechnology, di Bali, Selasa (4/7).

Baca Juga: Pemerintah: Banyak Pekerja Usia 40 Tahun Sulit Beradaptasi Bekerja Karena Skill Usang

Menurutnya, tekanan masyarakat merupakan salah satu hambatan utama bagi kemajuan perempuan karena mempengaruhi motivasi mereka dalam mengasah keterampilan utamanya di bidang teknologi.

Berdasarkan data UN Women tentang keterwakilan perempuan dalam dunia  Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) menunjukan hanya ada 28% wanita di dunia yang menjadi lususan teknik, dengan 22% wanita yang bekerja di bidang kecerdasan buatan (AI), dan kurang dari sepertiga yang bekerja di sektor teknologi.

"Berdasarkan laporan tahun 2020, hanya 2 % dari pendanaan modal ventura (venture capital funding) global yang berinvestasi di startup yang dimiliki perempuan. Hal ini membatasi pengembangan teknologi dan inovasi yang dapat merespons kebutuhan perempuan," terang Dwi.

Untuk itu, ia menekankan pentingnya mendorong ruang digital yang aman, pendidikan STEM yang inklusif dan literasi digital bagi perempuan.

Senada, Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Purbasari mengatakan, kehadiran program kartu prakerja di harapkan dapat menjadi salah satu solusi atas kebutuhan tersebut. Mengingat, lebih dari setengah peserta prakerja adalah perempuan.

"Dengan pembelajaran sepanjang hayat, perempuan memiliki kesempatan mengakses pelatihan sambil tetap menjalankan peran sebagai ibu," imbuh Denni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×