Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komite Anti-Dumping Indonesia (KADI) Kementerian Perdagangan mengusulkan peningkatan tarif Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD) terhadap produk benang filamen impor seperti POY (Partially Oriented Yarn) dan DTY (Draw Textured Yarn).
Seperti diketahui, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyebut kebijakan ini berpotensi mengganggu persaingan usaha dan merugikan industri tekstil hilir. Sementara itu, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) mengkhawatirkan gangguan pada pasokan bahan baku, yang dikhawatirkan bisa menyebabkan penutupan pabrik di sektor hilir.
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Jenderal Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI), Anggawira mengatakan, tuduhan bahwa BMAD mengganggu persaingan usaha adalah pandangan yang keliru.
Justru, kebijakan ini merupakan bentuk koreksi terhadap praktik perdagangan tidak adil, di mana banyak impor ilegal masuk ke dalam negeri, yang selama ini melemahkan industri nasional.
Baca Juga: Industri Tekstil Hadapi Impor Dumping, Pemerintah Diminta Terbitkan Aturan BMAD
Menurutnya, BMAD bukan bentuk proteksi yang semata-mata melindungi dari persaingan. Tapi langkah penting untuk menciptakan iklim persaingan yang sehat dan berkeadilan.
"Produk impor yang terbukti melakukan dumping telah merusak struktur harga di pasar domestik, mematikan pabrik-pabrik tekstil hulu, dan menurunkan daya saing industri dalam negeri,” ujar Anggawira dalam keterangan tertulisnya, Selasa (3/6).
Adapun, dumping adalah praktik menjual barang di pasar luar negeri dengan harga lebih rendah daripada di pasar domestiknya, sering kali di bawah biaya produksi, untuk menguasai pasar secara tidak wajar.
Dalam konteks ini, produk POY dan DTY asal luar negeri yang dijual dengan harga dumping telah menghancurkan ekosistem industri benang dalam negeri. Akibatnya, banyak produsen lokal gulung tikar karena tidak mampu bersaing dari sisi harga, bukan karena kualitas atau efisiensi.
Anggawira menambahkan bahwa sejak maraknya dumping, industri hulu tekstil mengalami stagnasi dan penurunan tajam. Banyak pabrik tutup atau mengurangi kapasitas produksinya yang berdampak langsung pada pengurangan tenaga kerja dan meningkatnya pengangguran di sektor manufaktur tekstil.
“Kalau kita biarkan terus seperti ini, maka bukan hanya industri hulu yang mati, tapi juga ketergantungan impor bahan baku akan semakin tinggi," ungkap Anggawira.
Anggawira menyebut bahwa Indonesia punya potensi besar untuk menjadi pemain utama industri tekstil dunia karena memiliki rantai pasok yang lengkap.
Baca Juga: Dampak Penerapan Bea Masuk untuk Benang Terhadap Industri Tekstil
Indonesia saat ini adalah salah satu dari sedikit negara, selain India dan China, yang memiliki rantai pasok tekstil yang terintegrasi, dari produksi kapas, benang, kain, hingga garmen.
Untuk itu, melindungi industri hulu dari praktik perdagangan curang adalah langkah awal untuk menjaga daya saing industri tekstil nasional secara keseluruhan.
Menanggapi kekhawatiran KADIN bahwa kebijakan ini akan mengganggu pasokan bahan baku bagi sektor hilir, Anggawira menilai pernyataan itu perlu dikaji ulang secara objektif.
Ia menyatakan bahwa industri hulu yang kuat justru akan menciptakan stabilitas pasokan jangka panjang bagi industri hilir.
Selain itu, kebijakan BMAD juga akan memberikan efek berganda terhadap perekonomian nasional. Kebangkitan industri hulu diperkirakan akan menyerap kembali ribuan tenaga kerja yang sebelumnya terkena PHK. Ini berdampak positif terhadap daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi regional, terutama di sentra industri tekstil seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah.
"Kami dari HIPMI mendukung penuh kebijakan BMAD ini, dengan catatan bahwa perlindungan ini harus dibarengi dengan peningkatan efisiensi, modernisasi teknologi, dan hilirisasi industri. Pemerintah juga perlu mendorong transfer teknologi dan pelatihan tenaga kerja agar sektor ini benar-benar menjadi penggerak industrialisasi nasional,” pungkas Anggawira.
Selanjutnya: Harga Turun, Cek Harga BBM Diesel Juni di Pertamina, Shell, BP & Vivo, Selasa (3/6)
Menarik Dibaca: Ini 4 Cara Mengontrol Nafsu Makan Berlebih yang Aman Untuk Kesehatan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News