Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, hasil penerimaan kepabeanan dan cukai pada periode Januari hingga April 2024 mencapai Rp 95,7 triliun atau setara 29,8% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia (APBN) 2024. Angka ini naik tipis 1,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dalam rinciannya, penerimaan bea masuk tercatat Rp 15,7 triliun. Turun 0,5% dibandingkan Januari-April 2023.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan penurunan tarif bea masuk dari 1,47% jadi Rp 1,35% menjadi kontribusi penurunan penerimaan.
"Namun juga 4 komoditas utama kita seperti kendaraan roda 4, suku cadang kendaraan, gas alam dan buatan itu mengalami penurunan dari masuknya ke dalam negeri," papar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Senin (27/5/2024).
Baca Juga: Dukung Industri Dalam Negeri, Bea Cukai Beri Fasilitas ke Perusahaan Reparasi Pesawat
Selanjutnya penerimaan bea keluar pada Januari-April tercatat Rp 5,8 triliun. Melonjak 40,6% dari periode yang sama tahun lalu. Capaian ini mencakup 33% dari target APBN 2024.
"Tumbuhnya 40,6% terutama bea keluar barang mineral tumbuh 6 kali lipat dari tahun sebelumnya karena adanya relaksasi dari ekspor produk mineral," ujarnya.
Kendati begitu, bea keluar untuk produk sawit mengalami penurunan sebesar 68,3% (yoy). Hal ini sejalan dengan kinerja ekspor yang juga turun.
Di samping itu, harga minyak kelapa sawit mentah bahkan tercatat telah turun hingga 11,16% (yoy), di mana sebelumnya harga komoditas tersebut mencapai US$ 911/MT menjadi US$ 809/MT.
Volume ekspor dari produk sawit juga turun 11,36% (yoy) dari 12,95 juta ton, menjadi hanya 11,48 juta ton.
“Jadi untuk sawit ini dua-duanya kena ya, volume dan harganya mengalami penurunan," jelasnya.
Baca Juga: Kontainer Barang Impor Menumpuk, Kemendag Cabut Syarat Pertimbangan Teknis
Untuk penerimaan cukai, telah terkumpul Rp 74,2 triliun atau mencapai 30,2% dari pagu APBN. Penerimaan ini terjadi perlambatan sebesar 0,5% yoy karena turunnya cukai hasil tembakau.
"Produksi hasil tembakau tumbuh, tapi tumbuhnya di golongan tarif rendah, yaitu golongan tiga. Golongan satu turun 3% yoy," tuturnya.
Sri Mulyani juga menerangkan bahwa tarif efektif cukai tembakau juga mengalami tren penurunan, sama seperti yang terjadi pada 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News