kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hati-hati, begini efek samping pemakaian chloroquine bagi pasien Covid-19


Selasa, 24 Maret 2020 / 07:51 WIB
Hati-hati, begini efek samping pemakaian chloroquine bagi pasien Covid-19


Reporter: Barly Haliem | Editor: Sandy Baskoro

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wabah virus corona (Covid-19) semakin gawat. Sejak merebak di Tiongkok pada akhir tahun lalu hingga menyebar ke banyak negara saat ini, belum ada obat atau vaksin khusus yang digunakan untuk terapi pengobatan dan pencegahan Covid-19. Walhasil, jumlah pasien positif dan meninggal dunia akibat Covid-19 semakin bertambah.

Menurut World Health Organization (WHO), Centers for Disease Control and Prevention (CDC), dan FDA (US Food-Drug Administration), saat ini belum ada obat atau vaksin yang terbukti efektif untuk perawatan atau pencegahan Covid-19. Sejauh ini, manajemen klinis yang diterapkan untuk merawat pasien yang terinfeksi Covid-19 meliputi tindakan terapi suportif, termasuk pemberian oksigen tambahan, ventilator mekanik, pemberian vitamin C dosis tinggi dan sejumlah obat-obatan suportif.

Namun sejauh ini, ada beberapa obat yang digunakan untuk terapi pasien di sejumlah negara, yakni Hydroxychloroquine (HCQ) dan chloroquine (CQ). HCQ dan CQ adalah obat resep oral yang telah digunakan untuk pengobatan malaria dan kondisi peradangan. CQ telah digunakan untuk pengobatan malaria dan kemoprofilaksis, sedangkan HCQ digunakan untuk pengobatan rheumatoid arthritis, systemic lupus erythematosus (SLE) dan porphyria cutanea tarda. Kedua obat ini memiliki aktivitas in vitro pada SARS-CoV, SARS-CoV-2 dan coronavirus lainnya, dengan HCQ memiliki potensi yang relatif lebih tinggi pada SARS-CoV-2.

Penelitian yang dilakukan di China, pengobatan CQ pada pasien Covid-19 memiliki manfaat klinis dan virologis dibandingkan kelompok pembanding, dan CQ direkomendasikan untuk pengobatan Covid-19.

Berdasarkan data in vitro, CQ atau HCQ saat ini direkomendasikan untuk pengobatan pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit di beberapa negara. HCQ saat ini sedang diteliti dalam uji klinis untuk profilaksis pra-pajanan atau pasca pajanan infeksi SARS-CoV-2, dan pengobatan pasien dengan Covid-19 ringan, sedang dan berat. Amerika Serikat telah melakukan uji klinis terhadap HCQ untuk tujuan profilaksis atau pengobatan infeksi Covid-19.

Namun Tim Ide & Literasi Professor Nidom Foundation mengingatkan, toksisitas penggunaan CQ dan HCQ dalam jangka waktu yang lama atau dosis tinggi diketahui memiliki efek samping, yakni dapat menyebabkan kardiotoksisitas pada pasien dengan disfungsi hepatik (gangguan hati) atau disfungsi renal (gangguan ginjal) dan imunosupresi.

"Beberapa studi menunjukkan angka mortalitas 10%-30% yang disebabkan oleh overdosis CQ pada usia dewasa. Sedangkan toksisitas HCQ, walaupun jarang terjadi, namun dapat berakibat fatal jika digunakan dalam dosis yang tinggi," tulis Tim Ide & Literasi Professor Nidom Foundation, dalam pernyataan resmi yang diterima KONTAN, Senin (23/3).

Studi kasus yang dilaporkan terhadap perempuan (23 tahun) yang mengkonsumsi HCQ sebanyak 40 gram, dalam waktu enam jam setelah konsumsi terjadi ketidakstabilan hemodinamik yang parah timbul sebagai akibat dari iritabilitas miokard (otot jantung). Dalam dosis tertentu, HCQ memiliki efek penyumbatan saluran natrium dan kalium jantung yang berakibat pada keterlambatan repolarisasi dan konduksi intraventrikular.

Kondisi ini menghasilkan bradikardia (perlambatan detak jantung/< 60 denyut/menit), hipotensi, ventrikular disritmia (detak jantung abnormal), dan abnormalitas pada gambaran EKG jantung (masalah pada konduksi dan kontraktilitas otot jantung). Selain memiliki efek samping pada jantung, toksisitas HCQ diketahui juga dapat memberikan efek negatif pada retina mata (retinopati).

Mekanisme toksisitas HCQ pada retina mata belum sepenuhnya diketahui, meskipun perubahan paling awal yang muncul terjadi di dalam sitoplasma sel ganglion dan fotoreseptor, dengan keterlibatan epitel pigmen retina (RPE) yang obat berikatan dengan melanin, HCQ dapat mempengaruhi metabolisme sel retina dan dapat menyebabkan efek toksik dalam waktu yang lama dan bersifat kronis. Gambaran efek retinopati yang terjadi mulai dari gangguan penglihatan sampai efek fatal yang menyebabkan kebutaan.

Penggunaan CQ juga harus diperhatikan pemakaiannya terutama pada pasien dengan gangguan fungsi hati, syaraf dan hematologi. Dari beberapa hasil penelitian mengenai efek samping CQ dan HCQ di atas, menjadi catatan penting bagi para klinisi dan pengambil kebijakan untuk mengevaluasi rekomendasi pemilihan obat terapi CQ dan HCQ serta dosis yang tepat dalam penggunaan CQ dan HCQ untuk terapi Covid-19 agar tidak menimbulkan efek samping yang justru akan memperberat kondisi pasien.

Hingga saat ini belum ada data yang tersedia dari Randomized Clinical Trials (RCTs) untuk menginformasikan pedoman klinis tentang penggunaan, dosis atau durasi HCQ untuk tujuan profilaksis atau pengobatan infeksi Covid-19. Meskipun dosis optimal dan durasi HCQ untuk pengobatan Covid-19 belum diketahui, beberapa dokter di AS telah melaporkan penggunaan dosis HCQ yang berbeda, yaitu: 400 mg (dua kali sehari) pada hari pertama, kemudian setiap hari selama lima hari; 400 mg (dua kali sehari) pada hari pertama, lalu 200 mg (dua kali sehari) selama empat hari; 600 mg (dua kali sehari) pada hari pertama, lalu 400 mg setiap hari pada hari kedua hingga kelima.

Selain dari sisi medis, menjadi tantangan bagi para peneliti dunia untuk menemukan vaksin atau obat alternatif lain yang lebih efektif, tepat sasaran, aman atau dengan efek samping yang minimal sebagai kandidat terapi Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×