kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Harga Pangan Turun jadi Biang Kerok Deflasi Lima Bulan Beruntun


Rabu, 02 Oktober 2024 / 07:30 WIB
Harga Pangan Turun jadi Biang Kerok Deflasi Lima Bulan Beruntun
ILUSTRASI. Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2024 mengalami deflasi sebesar 0,12%. ANTARA FOTO/Abdan Syakura/agr/nym.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2024 mengalami deflasi sebesar 0,12% secara bulanan atau month to month (mtm). Deflasi ini lebih tinggi bila dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 0,03% mtm.

Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menyebut deflasi telah terjadi lima bulan beruntun sejak Mei 2024. Ia membeberkan, faktor utama penyebab deflasi secara beruntun ini karena adanya penurunan harga, baik dari sisi penawaran maupun dari sisi pasokan.

“Andil deflasi utamanya disumbang penurunan harga pangan seperti produk tanaman pangan, hortikultura, terutama yang memberikan andil cabai merah rawit dan tomat Kemudian ada yang turun daun bawang kentang dan wortel,” tutur Amalia dalam konferensi pers, Senin (1/10).

Disamping itu, harga dari produk peternakan ayam seperti daging ayam ras dan telur ayam ras juga mengalami penurunan dari sebelumnya meningkat.

Baca Juga: BPS: Terjadi Deflasi 0,12% di September 2024, Lebih Tinggi dari Bulan Sebelumnya

Ia menambahkan, harga pangan yang turun juga disebabkan dari adanya penurunan harga biaya produksi. Disamping itu, hasil panen dari komoditas pangan seperti cabai rawit dan cabai merah juga melimpah sehingga harga dari komoditas tersebut cenderung stabil dan turun.

Lebih lanjut, Amalia menyampaikan, deflasi beruntun juga sempat terjadi pada tahun 1999 saat terjadi krisis finansial di Asia. Kala itu Indonesia mengalami deflasi selama tujuh bulan beruntun, atau sejak Maret 1999 sampai September 1999. Penyebabnya adalah penurunan harga beberapa barang setelah diterpa inflasi yang tinggi.

“Sempat pada waktu itu kan terjadi inflasi yang tinggi karena terjadi depresiasi nilai tukar rupiah, tetapi kemudian tekanan deflasinya menurun otomatis harga-harga kembali pada keseimbangannya dan ini menyebabkan deflasi,” ungkapnya.

Kemudian, deflasi beruntun juga pernah terjadi pada pada Desember 2008 sampai Januari  2009 karena turunnya harga minyak dunia. Pun pada 2020 juga pernah terjadi deflasi selama tiga bulan berturut sejak Juli hingga September 2020.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×