Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Realisasi peneriman bea cukai pada dua bulan pertama tahun ini kurang Rp 9,95 triliun, dari target Rp 32,5 triliun. Rendahnya realisasi ini salah satunya dikarenakan penerimaan bea keluar yang seret. Realisasi penerimaan bea keluar hingga 28 Februari hanya Rp 544,75 miliar, kurang Rp 1,46 triliun dari target yang seharusnya Rp 2,01 triliun.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai, Oza Olavia mengatakan, penerimaan bea keluar yang memble ini dikarenakan harga minyak kelapa sawit (CPO) dan penerimaan minerba yang anjlok karena ekspor ore sudah dilarang sejak awal 2014.
Harga CPO yang masih berada di bawah ambang batas pengenaan bea keluar yaitu US$ 750 menyebabkan komoditas ini tidak bisa dikenakan tarif bea keluar alias nol persen. Pos bea keluar adalah pos yang berat untuk direalisasi dengan target Rp 12,05 triliun dalam APBNP 2015.
Ekonomi global yang dalam trend melemah akan terus menekan harga komoditas seperti CPO. "Untuk yang lain di luar bea keluar akan kita terus coba mengali," terangnya.
Sementara itu pos bea masuk pun kurang Rp 1,5 triliun. Realiasi bea masuk dua bulan pertama adalah Rp 4,7 triliun, sementara target yang ditetapkan adalah Rp 6,2 triliun. Menurut Oza, minimnya realiasi bea masuk ini diakibatkan kondisi perekonomian dunia dan Indonesia yang lesu. Aktivitas impor turun sehingga devisa impor turun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News