Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kantor Staf Presiden (KSP) menyoroti meroketnya harga bawang putih dalam negeri.
Deputi III Bidang Perekonomian, KSP Edy Priyono menyebut, penyebab naiknya harga bawang putih ini karena realisasi impor bawang putih masih rendah yakni mencapai 113.477 ton atau 42% dari total kebutuhan selama 5 bulan ini.
"Rata-rata kebutuhan itu 50.000 per bulan. Jadi kalau sampai Mei harusnya yang sudah masuk 250.000 ton," kata Edy dalam Rakor Pengendalian Inflasi dipantau daring, Senin (13/5).
Edy menepis dalih importir yang mengatakan bahwa terkendalanya impor karena harga bawang putih di sumber impor yaitu China mengalami kenaikan harga.
Baca Juga: Ini Penyebab Realisasi Impor Bawang Putih yang Dilakukan Pelaku Usaha Terganggu
Berdasarkan pantauan KSP, harga bawang putih pada tingkat grosir di China sudah di bawah US$ 1 per kg. Dengan harga ini, kata dia, tidak ada alasan bagi importir untuk melakukan penundaaan realisasi impor bawang putih.
"Tidak ada alasan karena harga di China mahal, padahal disana tidak mahal," terang Edy.
Lebih lanjut, Edy bilang, kenaikan harga bawang putih ini perlu menjadi perhatian khusus banyak pihak. Pasalnya, bawang putih juga bukan komoditas yang diatur melalui harga eceran tertinggi (HET).
Berdasarkan pantauannya, harga rata-rata nasional bawang putih saat ini mencapai Rp 46.450/kg naik hampir dua kali lipat daripada tahun sebelumnya yang rata-rata mencapai 29.350/kg.
"Bahka kalau dilihat di beberapa daerah seperti Maluku Utara, Jakarta, Papua Barat, Gorontalo dan Sulawesi Utara harga bawang putih sudah diatas Rp 50.000/kg," urainya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News