Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
Sedangkan dari sisi produksi batubara, Johnson mengklaim bahwa pihaknya tidak akan memaksa produksi emas hitam hingga 530 juta ton pada tahun ini.
Sebab, selain memperhatikan faktor konservasi, produksi batubara tergantung pada rencana bisnis masing-masing perusahaan, yang juga ikut dipengaruhi oleh kondisi pasar saat ini.
"Tidak lah (untuk menggenjot produksi batubara). Ditjen Minerba tetap memperhatikan seluruh aspek tambang agar terjaga keseimbangan antara penerimaan negara dan konservasi," terang Johnson.
Sehingga, Jonhson mengakui apabila tidak ada perubahan tren harga batubara, target PNBP tahun ini akan sulit untuk dicapai. Apalagi, pada tahun ini dua penyumbang terbesar PNBP dari komoditas mineral, yakni Freeport Indonesia dan Amman Mineral mengurangi tingkat produksi dan ekspornya.
Kendati begitu, Johnson menegaskan pihaknya tidak akan merevisi target PNBP pada tahun ini. "Tidak akan (merevisi target). Nanti kita sampaikan saja, ini karena faktor eksternal yang tidak bisa kita kendalikan. Nanti kita jelaskan melalui prognosa capaian," jelas Johnson.
Baca Juga: Proyeksi Harga Batubara Turun, Target Setoran PNBP Tetap digenjot
Johnson mengatakan, jika tidak ada perubahan pada komponen yang diasumsikan, maka realisasi PNBP sampai tutup tahun diprediksi hanya mencapai 90% dari target. "Prognosa sampai dengan akhir tahun kita sampaikan sekitar 90%," sambungnya.
Ketua Indonesia Mining Institute (IMI) Irwandy Arif juga memprediksi target PNBP minerba tahun ini akan sulit tercapai. Sebab, dengan mempertimbangkan kondisi pasar saat ini, Irwandy memprediksi pergerakan HBA di sisa tahun ini masih sulit untuk menanjak.
Bahkan, ia memproyeksikan harga batubara pada tahun ini ada dalam rentang US$ 60-US$ 80 per ton. "Bila tren penurunan ini berlanjut atau naik tidak signifikan, maka untuk mencapai target PNBP Minerba memang tetap akan sulit tercapai," sebutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News