kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Guncangan Terhadap Mata Uang Rupiah Jadi Ujian Bagi Ketahanan APBN


Kamis, 07 Juli 2022 / 19:48 WIB
Guncangan Terhadap Mata Uang Rupiah Jadi Ujian Bagi Ketahanan APBN
ILUSTRASI. Petugas melakukan bongkar muat dengan dua unit quay crane terbaru usai diresmikan di Dermaga JICT, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Guncangan Terhadap Mata Uang Rupiah Uji Ketahanan APBN


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah semakin mengkhawatirkan. Pasalnya dolar Amerika Serikat (AS) kini berada di level Rp 15.000. Ditambah lagi ada risiko membengkaknya subsidi energi.

Kepala Pusat Kebijakan Anggaran pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Wahyu Utomo mengatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah yang berada di level Rp 15.000 per dollar AS masih bersifat sementara. Sehingga hal tersebut tidak serta merta akan berdampak terhadap APBN.

"Perlu dicermati bahwa kalau kenaikan ini hanya bersifat sementara, seperti sekarang kan masih sementara, kalau yang dalam APBN itu kan asumsi yang rata-rata dalam satu tahun. Jadi tidak serta merta kenaikan yang sesaat itu terus punya dampak terhadap APBN," Ujar Wahyu kepada Kontan.co.id, Kamis (7/7).

Meski begitu, dirinya mengungkapkan bahwa di dalam postur APBN sudah mengantisipasi apabila terjadi pelemahan nilai tukar rupiah tersebut. Misalnya pada APBN 2022, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dipatok sebesar Rp 14.350.

Baca Juga: Cadangan Devisa pada Juli 2022 Berpeluang Mengalami Penurunan, Ini Pemicunya

"Terus sekarang kan sudah berubah setelah kemarin laporan semesterkan outlooknya berubah antara Rp 14.300 sampai Rp 14.700. Artinya, di dalam postur APBN sudah mengantisipasi kalau ada pelemahan secepat itu," ungkapnya.

Sementara itu, dengan melihat perkembangan pada semester I-2022 dan proyeksi ke depan, ada potensi pendapatan negara akan lebih optimal dari sisi perpajakan.

Begitu juga dengan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang juga akan optimal. Sehingga hal tersebut akan membuat defisit berkurang yang tentu akan membuat penerbitan bonds juga akan berkurang.

"Artinya kalau pendapatan optimal sementara belanjanya relatif sama saja, artinya defisit akan berkurang. Kalau defisit berkurang artinya penerbitan bondsnya kan juga akan berkurang. Jadi itu punya dampak juga kepada beban bunga utang," jelasnya.

Ia menyebut, meskipun ada pelemahan rupiah, beban bunga utang akan terkendali menjadi lebih efisien karena adanya pendapatan yang optimal, defisit yang diperkirakan juga akan lebih kecil. Pemerintah sebelumnya menargetkan defisit APBN tahun ini sebesar Rp 868 triliun atau 4,85% dari PDB menjadi 4,5% PDB.

Baca Juga: Ekonomi Menggeliat, Rupiah Diprediksi Berada di Rp 14.765 per Dolar AS di Akhir 2022

"Laporan semester kemarin kan dengan perkembangan yang bagus defisit juga diperki shock absorber rakan 3,92% dan di bawah 4%. Bahkan kalau kita lihat dan cermati perkembangan saat ini, bisa itu defisitnya semakin kecil lagi di bawah 3,9% PDB," kata Wahyu.

Meski pelemahan Rupiah masih bersifat sementara, namun pemerintah terus menjaga APBN dari guncangan nilai tukar Rupiah tersebut.

Dengan dinamika perekonomian saat ini, Wahyu mengatakan bahwa APBN akan menjadi shock absorber untuk menjaga daya beli serta menjaga agar pemulihan ekonomi tidak terhambat dan tetap berlanjut.

"Jadi shock absorber nya diserap oleh APBN. Jadi misalnya nanti ada nilai tukarnya berdampak kepada defisit, itu juga akan dikendalikan defisitnya dalam batas yang aman," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×