Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menetapkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% pada tahun 2029 mendatang.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pencapaian target tersebut salah satunya diupayakan pemerintah melalui kolaborasi strategis dengan berbagai mitra global, termasuk China melalui skema Two Countries Twin Parks (TCTP).
Kerja sama yang erat antara kedua negara dipandang mampu mempercepat arus investasi, mendorong penciptaan lapangan kerja, serta menyediakan tambahan devisa yang penting bagi ketahanan ekonomi nasional.
Dengan total populasi yang mewakili sekitar 1,7 miliar jiwa dan nilai ekonomi gabungan mencapai US$ 19,2 triliun, Indonesia dan China berada pada posisi strategis sebagai kekuatan pasar dan produksi global.
Baca Juga: Hingga September, Penerimaan Pajak Kanwil LTO Baru Setengah dari Target 2025
Tiongkok juga tercatat sebagai mitra dagang utama Indonesia, dengan nilai perdagangan bilateral yang mencapai sekitar US$ 135 miliar pada tahun 2024 lalu. Hal tersebut menegaskan peran Tiongkok sebagai mitra ekonomi strategis bagi Indonesia dalam mendorong pertumbuhan dan memperluas peluang kerja sama di masa mendatang.
“Two Countries Twin Parks merupakan inisiatif strategis dua negara strategis, Indonesia dan China. Tujuannya adalah membangun dua kompleks industri di antara kota kembar, di antara kedua negara, agar sinergi kedua industri dan rantai nilai kedua negara dapat optimal,” tutur Airlangga dalam keterangannya, Kamis (27/11/2025).
Adapun kawasan kembar atau twin parks tersebut menjadi simbol terbentuknya ekosistem kolaboratif yang menggabungkan keunggulan komparatif Indonesia, mulai dari ketersediaan sumber daya termasuk potensi SDM, hingga kekuatan pasar domestik, dengan kapasitas China dalam penyediaan teknologi, pembiayaan, dan pengalaman di sektor manufaktur.
Sinergi tersebut diharapkan mampu memperkuat daya saing industri dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Selanjutnya, Airlangga berharap TCTP dapat menjadi katalis bagi peningkatan investasi Tiongkok di Indonesia, khususnya melalui pengembangan kawasan industri di Batang yang saat ini menjadi proyek bersama TCTP kedua negara.
Selain itu, diharapkan kerja sama tersebut dapat diperluas ke berbagai wilayah lainnya, salah satunya Pulau Bintan sebagai salah satu potensi lokasi pengembangan berikutnya. Sektor investasi utama Tiongkok terutama pada industri logam sebesar US$ 4 miliar dan industri farmasi sebesar US$ 1 miliar pada 2024.
Saat ini Indonesia sendiri telah memiliki 19 perjanjian perdagangan, termasuk dengan Uni Eropa, yang akan berlaku efektif pada tahun 2027. Hal tersebut tentu akan membuka akses baru bagi produk-produk buatan Indonesia dan memperkuat daya tarik Indonesia. Untuk itu, Menko Airlangga berharap kesempatan tersebut dapat dimanfaatkan dengan mempercepat kolaborasi dalam proyek kedua negara.
Baca Juga: Menkeu Purbaya Optimis Ekonomi Tumbuh 6% di 2026
Dalam kesempatan tersebut, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Kota Fuzhou, Republik Rakyat Tiongkok, kembali memperkuat hubungan ekonomi melalui penandatanganan 16 Memorandum of Understanding (MoU) kerja sama investasi dengan total nilai mencapai Rp36,4 triliun.
Penandatanganan dilakukan oleh para pelaku usaha Indonesia dan Tiongkok, serta disaksikan oleh Menko Airlangga.
“Kita membutuhkan lebih banyak proyek di sektor industri baja, manufaktur, perikanan, tekstil, pertanian, seperti teh, furnitur, teknologi baru seperti drone, baterai EP, termasuk infrastruktur dan AI itu sendiri,” ungkap Airlangga.
Ia menambahkan, sektor seperti ini prospektif bagi Indonesia, dan Pemerintah Indonesia berharap dengan penandatanganan nota kesepahaman hari ini, kolaborasi antara China dan Indonesia semakin erat.
Selanjutnya: Update Banjir dan Longsor Sumut, 37 Orang Tewas dan 57 Hilang
Menarik Dibaca: 5 Manfaat Rutin Minum Susu bagi Kesehatan Tulang Anda
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













