Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Banyak investor global yang cabut dari emerging market. Namun, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut, investor global masih optimistis terhadap prospek ekonomi Indonesia.
Banyaknya investor global yang keluar dari emerging market atau negara berkembang lebih disebabkan tingginya tekanan global yang membuat risk appetite. Sehingga para investor global memilih memindahkan dana dan asetnya negara yang dianggap lebih aman.
Perry membeberkan, bersama dengan delegasi pemerintah Indonesia pihaknya melakukan pertemuan dengan investor-investor yang ada Amerika Serikat yang juga menjelaskan bagaimana keadaan ekonomi di Indonesia terkini yang masih stabil.
"Saya juga di Washington DC juga bertemu para investor untuk memberikan penjelasan-penjelasan ini dan secara umum para investor global itu tetap optimis terhadap ekonomi Indonesia," ungkap Perry dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis (24/4).
Baca Juga: Sri Mulyani Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5,2% di Tahun 2025
Perry menyebut tingginya kondisi tekanan global yang terjadi seiring dengan tensi perang dagang membuat tingginya risiko appetite dari para investor global. Ini yang memicu mereka memindahkan investasi portfolio-nya ke negara yang dianggap aman dalam bentuk aset yang juga dianggap aman atau safe haven asset and countries.
Alhasil terjadi aliran modal keluar oleh para investor global dari emerging market (termasuk Indonesia) ke negara-negara yang dianggap aman seperti Eropa dan Jepang. Serta memindahkan aset-asetnya ke obligasi pemerintah dari Eropa, Jepang, dan juga dalam bentuk emas.
Tingginya risk appetite dari para investor global juga mempengaruhi tekanan pada nilai tukar negara emerging market, termasuk terhadap nilai tukar rupiah yang juga tinggi. Ditambah dengan kebijakan tarif resiprokal AS terhadap Indonesia dalam jangka pendek akan membuat sangat tingginya ketidakpastian atau premi risiko dari para pelaku investor global
"Intinya bahwa kebijakan tarif ini menyebabkan para pelaku investor global itu risk appetite-nya sangat tinggi dan karenanya para pelaku investor global memindahkan investasi portfolio-nya ke negara dan aset yang dianggap aman, safe haven asset and countries," ungkap Perry.
Baca Juga: Bank Indonesia Proyeksikan Ekonomi Indonesia Tahun Ini sekitar 4,7%-5,5%
Selanjutnya: Pembangunan Pabrik BYD di Subang Diganggu Ormas, Dedi Mulyadi: Itu Cerita Lama
Menarik Dibaca: Harga Emas Hari Ini Memantul Naik Pasca-Turun Tajam 2,7% Kemarin
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News