kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gubernur BI Beberkan Alasan Akhirnya Kerek Suku Bunga Acuan


Jumat, 20 Oktober 2023 / 08:37 WIB
Gubernur BI Beberkan Alasan Akhirnya Kerek Suku Bunga Acuan
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) bersama para Deputi Gubernur BI dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Kamis (19/10/2023).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan, BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Oktober 2023. 

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, BI mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps). Sehingga, suku bunga acuan kini bergerak di level 6%. 

Dengan demikian, ini merupakan kenaikan suku bunga acuan pertama, setelah terakhir kali BI menaikkan suku bunga pada bulan Januari 2023. 

Perry bilang, kenaikan suku bunga acuan ini sehubungan dengan risiko-risiko global yang meningkat. 

Baca Juga: Tren Suku Bunga Tinggi Diprediksi Baru akan Berakhir di Semester II-2024

Sehingga menurut BI, memang diperlukan langkah pre-emptive dan forward looking untuk menjaga ekspektasi inflasi ke depannya. 

"Agar terkendali, makanya kami mengukur dan memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps," tegas Perry dalam konfernesi pers, Kamis (19/10). 

Memang Perry mengaku, saat ini inflasi sudah bergerak rendah dan bahkan berada di bawah titik tengah sasaran BI yang sebesar 3% yoy. 

Namun, peristiwa yang terjadi di dunia internasional mengandung risiko kenaikan harga energi juga kenaikan harga pangan, yang berpotensi mendongkrak ekspektasi inflasi. 

Selain dengan kebijakan suku bunga, Perry menggunakan resep utama kebijakan moneter yaitu intervensi dan pendalaman pasar rupiah serta valuta asing. 

Baca Juga: BI Sebut Ada Lima Peristiwa yang Menghantui Prospek Ekonomi Global, Apa Saja?

Pasalnya ketidakpastian global juga membuat nilai tukar rupiah melemah, yang ini juga berkontribusi pada pergerakan inflasi barang impor (imported inflation). 

"Dengan demikian ini adalah langkah forward looking. Suku bunga pre-emptive agar ke depan inflasi tetap rendah dan stabilitas harga tetap terjaga," tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×