kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

The Fed Belum Akan Berhenti Kerek Suku Bunga, Ini Langkah Antisipasi BI


Selasa, 25 Juli 2023 / 18:29 WIB
The Fed Belum Akan Berhenti Kerek Suku Bunga, Ini Langkah Antisipasi BI
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) bersama para Deputi Gubernur BI dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Selasa (25/7/2023).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melihat, masih ada potensi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed).

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, kenaikan suku bunga acuan The Fed mungkin terjadi pada bulan Juli 2023 dan September 2023.

"Baseline kami, suku bunga The Fed Juli 2023 naik 25 basis poin (bps). September 2023, juga akan naik 25 bps," terang Perry saat menjawab pertanyaan Kontan.co.id, Selasa (25/7).

Menurut Perry, ini seiring dengan tingkat inflasi AS yang menurun dengan laju lebih lambat dari harapan.

Saat ini, inflasi AS telah di level 3,6% yoy. Namun, masih akan jauh untuk mencapai target inflasi AS yang sebesar 2% YoY.

Menurut Perry, ini karena keketatan pasar tenaga kerja dan perekonomian yang mulai bergerak lebih kuat karena perbaikan ekonomi dalam negeri.

Baca Juga: BI Kerek Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II-2023

Perry tak menampik, kenaikan suku bunga acuan Paman Sam akan memberikan dampak terhadap negara berkembang, termasuk Indonesia.

Perkembangan tersebut akan menjegal aliran modal asing masuk ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Sehingga akan mengerek tekanan pada nilai tukar.

Perry mengaku, dirinya telah memiliki kuda-kuda untuk menghadapi hal ini. Ia menegaskan, langkah yang diambil BI tak melulu terkait dengan kebijakan suku bunga.

"Jamu dari BI apa selain suku bunga? Kita memiliki jamu lain selain suku bunga, yaitu kami akan menggunakan jamu stabilisasi nilai tukar rupiah," terang Perry.

Dalam menjaga nilai tukar rupiah, Perry mengandalkan intervensi di pasar valas dengan transaksi spot, domestic non deliverable forward (DNDF), serta pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder.

Baca Juga: BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Level 5,75% pada Juli 2023

Langkah intervensi ini dikenal dengan nama triple intervention. Plus, langkah ini sudah digunakan BI secara masif pada saat pandemi Covid-19.

Selain dengan triple intervention, BI juga melakukan operasi twist. Yaitu, dengan menjual SBN jangka pendek untuk memancing aliran modal asing untuk masuk ke Indonesia.

"Jadi, tak melulu kami menghadapi aliran portofolio asing yang keluar dengan kebijakan suku bunga. Tak Perlu. Kami memakai kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×