Reporter: Bambang Rakhmanto | Editor: Edy Can
JAKARTA. Pemerintah akan memiliki Badan Usaha Milik Negara (BUMN) baru yang mengolah panas bumi alias geothermal yakni PT Geo Dipa Energi. Pembentukan Geo Dipa tinggal menunggu Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) yang rampung bulan depan.
Dirjen Kekayaan Negara Kementerian Keuangan Hadiyanto menjelaskan draf RPP itu sedang dalam finalisasi. "Geo Dipa ini merupakan hibah dari PT Pertamina yang merupakan pemilik mayoritas saham Geo Dipa," katanya, Selasa, (8/2).
Sekadar informasi, Geo Dipa merupakan perusahaan patungan antara Pertamina dan PT PLN. Pertamina menguasai 66,67% saham atau senilai dengan Rp 443 miliar. Sementara PLN menguasai 33,33% saham atau senilai Rp 218 miliar.
Geo Dipa merupakan perusahaan pengelola tenaga panas bumi yang diubah menjadi sumber tenaga listrik. Cakupan kegiatannya mulai dari tahap eksplorasi, eksploitasi lahan penghasil panas bumi, pembangunan fasilitas pembangkit listrik panas bumi alias power plant, hingga menyalurkan energi listrik ke sistem jaringan transmisi listrik interkoneksi Jawa-Madura-Bali.
Hadiyanto menambahkan dengan hibah saham dari Pertamina ini maka status Geo Dipa bukan lagi sekadar perseroan biasa. Kini, Geo Dipa berada di bawah naungan Kementerian BUMN.
Rencananya, setelah menjadi BUMN, pemerintah akan menambahkan aset Geo Dipa dengan membangun pembangkit listrik di dua tempat yakni Dieng Jawa Tengah dan Patuha di Jawa Barat. "Untuk mewujudkan itu pemerintah akan menyediakan Rp 2,2 triliun, tapi masih dalam kajian pemerintah," ungkapnya.
Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan mengharapkan, perubahan status Geo Dipa dapat memaksimalkan kinerjanya. Sebab, Geo Dipa telah di bawah manajemen pemerintah sehingga memiliki fleksibiltas yang tinggi dalam pengelolaannya.
Karen juga menegaskan Geo Dipa kini dapat meningkatkan aset dan perolehan laba. Sehingga pada akhirnya bisa memberikan peningkatan deviden ataupun penerimaan bagi negara.
Ia menambahkan, Geo Dipa ini menjadi satu-satunya BUMN yang bergerak di bidang panas bumi. Dengan demikian, perusahaan ini bisa mendukung program proyek 10.000 Megawatt tahap kedua yang berbasis panas bumi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News