kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Genjot pertumbuhan ekonomi tahun depan, pemerintah geber belanja negara


Rabu, 29 Juli 2020 / 16:40 WIB
Genjot pertumbuhan ekonomi tahun depan, pemerintah geber belanja negara
ILUSTRASI. Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi 2021 tidak lebih rendah dari tahun 2020, pemerintah berupaya menggenjot belanja negara.


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah mengakui dampak pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19) masih akan berlanjut di tahun depan. Nah, untuk menjaga pertumbuhan ekonomi 2021 tidak lebih rendah dari tahun 2020, pemerintah berupaya menggonjot belanja negara.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pertumbuhan ekonomi 2021 diupayakan berada di rentang 5%-5,5%. Caranya, fokus membelanjakan uang negara ke dalam empat program strategis.

Pertama, ketahanan pangan. Menkeu menyebut ketahanan pangan merupakan prioritas paling tinggi, tujuannya untuk memperkuat supply dalam negeri. Dalam hal ini, ekspansi pembukaan baru maupun lahan yang tetap akan mengikuti program-program di Kementerian Pertanian (Kementan) juga Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

”Itu kita dukung sepenuhnya dan Presiden sudah meminta supaya kita fokus dalam hal itu tidak hanya menciptakan ketahanan pangan, tapi juga menciptakan kesempatan kerja. Karena tujuan kita untuk tahun 2021 tidak hanya growth, tapi employment atau kesempatan kerja dan pengurangan kemiskinan, makanya itu masuk,” kata Menkeu, Selasa (28/7).

Baca Juga: Ini empat fokus penggunaan uang negara di tahun 2021

Kedua, untuk mendukung sektor industri melalui pusat-pusat kawasan industri untuk menarik capital inflow.

Ketiga, infrastruktur dan information and communication technology (ICT) karena yang akan meningkatkan kemampuan produktivitas dari belanja-belanja negara, akan didukung sepenuhnya. Keempat, pendidikan dan kesehatan.

Konsekuensi meningkatnya belanja negara tersebut, membuat defisit anggaran 2021 naik dari rencana awal pemerintah sebesar 4,7% dari produk domestik bruto (PDB) menjadi 5,2%. Dus, pelebaran defisit 0,5% atau setara Rp 179 triliun dialokasikan untuk cadangan belanja tahun 2021.

Adapun defisit anggaran tersebut akan dibiayai dengan penerbitan utang, mengingat penerimaan negara belum bisa optimal di tahun ini, bahkan diproyeksikan berlanjut di tahun depan.

Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Amir Hidayat menegaskan, pelebaran defisit itu seiring dengan meningkatnya belanja negara dari keempat program strategis pemerintah. Selain itu, di arahkan ke sektor-sektor ekonomi yang dapat mempercepat pemulihan ekonomi.

“Jadi untuk antisipasi pemulihan ekonomi di tahun depan. Karena terus terang, Rp 179 triliun baru mulai dipikirkan lagi dibahas di Rapat Terbatas (Ratas) bersama Presiden akan digunakan ke bagian mana saja,” kata Amir saat pertemuan BKF Kemenkeu dengan Redaksi Kontan, Rabu (29/7).

Amir menambahkan, untuk mengakselesari percepatan pemulihan sosial-ekonomi, pemerintah mengatur tujuh strategi di 2021. Meliputi reformasi kesehatan, program perlindungan sosial, pendidikan, dukungan industri, reformasi transfer ke daerah dan dana desa (TKDD), reformasi perpajakan, dan reformasi penganggaran. 

Baca Juga: Pandemi menambah pengangguran 3,7 juta orang
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×