kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gejolak Global Tekan Kinerja Industri Manufaktur, Ini yang Perlu Dilakukan Pemerintah


Minggu, 27 November 2022 / 16:45 WIB
Gejolak Global Tekan Kinerja Industri Manufaktur, Ini yang Perlu Dilakukan Pemerintah
Petugas memeragakan penggunaan mesin yang ditawarkan pada Pameran Indoplas, Indoprint dan Indopack 2022 di Jakarta International Expo, Jumat (2/9/2022).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Selama lebih dari setahun belakangan, kinerja industri manufaktur Indonesia terus berada di zona ekspansif atau mencatat indeks di atas 50. Setelah pada saat pandemi Covid-19 menyerang, indeks manufaktur bergerak di bawah 50. 

Kinerja industri manufaktur ini juga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa pemulihan. Terpantau pada kuartal III-2022, industri manufaktur berkontribusi 17,88% terhadap produk domestik bruto (PDB), sehingga membuatnya menjadi lapangan usaha sumber pertumbuhan ekonomi. 

Meski begitu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta Indonesia tak boleh terlena. Bahkan, bendahara negara mewanti-wanti Indonesia harus waspada karena sudah terlihat penurunan kinerja manufaktur pada bulan Oktober 2022. 

Bila menilik data Standard and Poor’s (S&P) Global, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur pada bulan Oktober 2022 tercatat 51,8 atau menurun dari 53,7 pada bulan sebelumnya. 

Baca Juga: Aktivitas Manufaktur Masih Ekspansif, Kepala BKF: Harus Kita Syukuri

“Kita perlu mencermati dan mulai waspada soal kinerja manufaktur kita. Pada Oktober 2022, sudah ada penurunan PMI Manufaktur dan ini perlu waspada,” tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Kamis (24/11) secara daring. 

Memang meski menurun, PMI Manufaktur Indonesia masih berada di zona ekspansif. Namun, Sri Mulyani meminta Indonesia tak terlena dengan level ekspansif ini, tetapi perlu mencermati prospek kinerja manufaktur ke depan di tengah ketidakpastian global yang berpotensi menekan gerak industri pengolahan dalam negeri. 

“Jadi kita bukan hanya melihat level saat ini di atas zona ekspansi, tetapi kita tetap harus bertahap dalam menghadapi goncangan global. Ini tantangan untuk memasuki tahun 2023,” tambahnya. 

Senada, Vice President for Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani mengakui kinerja industri manufaktur akan menghadapi tantangan pada  2023. Termasuk, tantangan dari ketidakpastian global. 

Risiko pelemahan ekonomi global akan menurunkan permintaan dari negara maju, termasuk negara mitra dagang Indonesia. Tentu ini yang akan berpotensi menjadi batu sandungan pertumbuhan industri manufaktur Indonesia pada tahun depan. 

Baca Juga: Ekonomi Global Lesu, Indeks Manufaktur Indonesia Melorot

“Produk manufaktur Indonesia yang berorientasi ekspor ke negara maju bisa terkena dampak pelemahan permintaan global. Seperti, industri sandang, alas kaki, kayu lapir, dan furnitur,” terang Dendi kepada Kontan.co.id, Minggu (27/11). 

Selain itu, tekanan ekonomi global akan membawa dampak terhadap perekonomian Indonesia. Seperti, kenaikan suku bunga acuan global yang direspons dengan kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI). Ini akan memberi tekanan pada perusahaan dengan tingkat utang lebih tinggi. 

Dari sisi konsumen, tekanan perekonomian global bisa saja memengaruhi daya beli masyarakat dalam negeri. Tertekannya daya beli akan berbuah melambatnya permintaan, termasuk pada produk industri pengolahan. 

Baca Juga: Bunga Tinggi Gagal Jinakkan Inflasi Global

Dengan menimbang sektor manufaktur masih akan memegang porsi terbesar dalam PDB tahun 2023, Dendi pun meminta pemerintah untuk menjaga pertumbuhan sektor manufaktur. 

Ia menyiratkan tak perlu insentif khusus untuk industri pengolahan. Yang penting, pemerintah perlu menjaga stabilitas ekonomi domestik dengan menjaga inflasi sehingga daya beli terjaga serta menjaga kurs rupiah untuk tetap stabil sehingga tekanan biaya impor bisa relatif rendah. 

Lebih lanjut, Dendi pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 akan bergerak di kisaran 4,25% secara tahunan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×