kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gejolak Global Tekan Kinerja Industri Manufaktur, Ini yang Perlu Dilakukan Pemerintah


Minggu, 27 November 2022 / 16:45 WIB
Gejolak Global Tekan Kinerja Industri Manufaktur, Ini yang Perlu Dilakukan Pemerintah
Petugas memeragakan penggunaan mesin yang ditawarkan pada Pameran Indoplas, Indoprint dan Indopack 2022 di Jakarta International Expo, Jumat (2/9/2022).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

“Produk manufaktur Indonesia yang berorientasi ekspor ke negara maju bisa terkena dampak pelemahan permintaan global. Seperti, industri sandang, alas kaki, kayu lapir, dan furnitur,” terang Dendi kepada Kontan.co.id, Minggu (27/11). 

Selain itu, tekanan ekonomi global akan membawa dampak terhadap perekonomian Indonesia. Seperti, kenaikan suku bunga acuan global yang direspons dengan kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI). Ini akan memberi tekanan pada perusahaan dengan tingkat utang lebih tinggi. 

Dari sisi konsumen, tekanan perekonomian global bisa saja memengaruhi daya beli masyarakat dalam negeri. Tertekannya daya beli akan berbuah melambatnya permintaan, termasuk pada produk industri pengolahan. 

Baca Juga: Bunga Tinggi Gagal Jinakkan Inflasi Global

Dengan menimbang sektor manufaktur masih akan memegang porsi terbesar dalam PDB tahun 2023, Dendi pun meminta pemerintah untuk menjaga pertumbuhan sektor manufaktur. 

Ia menyiratkan tak perlu insentif khusus untuk industri pengolahan. Yang penting, pemerintah perlu menjaga stabilitas ekonomi domestik dengan menjaga inflasi sehingga daya beli terjaga serta menjaga kurs rupiah untuk tetap stabil sehingga tekanan biaya impor bisa relatif rendah. 

Lebih lanjut, Dendi pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 akan bergerak di kisaran 4,25% secara tahunan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×