Reporter: Abdul Basith Bardan, Lidya Yuniartha, Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar
"Sebagian besar sudah ditanami kelapa sawit sehingga tinggal tersisa sebanyak 148.000 ha. Diantara ada sungai Kapuas dan Barito, yakni di Blok A dan B yang tidak ada gambut yakni berupa tanah aluvia," terang Basuki.
Di tempat tersebut dari total 168.000 ha, sebanyak 85.000 sudah ditanami oleh petani eks transmigran tiap tahun. Sedangkan yang lainya 97.000 ha lahan kurang tenaga kerja sehingga berubah menjadi semak belukar.
"Sehingga ini perlu land clearing lagi, sehingga tidak perlu mencetak sawah baru. Karena dulunya sudah menjadi sawah," kata Basuki.
Selainn itu ada 20.000 ha lahan potensi untuk ditanami tanaman pangan, tapi yang ditanami saat ini cuma 2.000 ha karena kurang petaninya.
Karena itulah, dalam rencana aksi food estate ini, Kementerian PUPR akan memperbaiki irigasi primer sekunder dan tersier.
Sementara Kementerian Pertanian akan melakukan praktik pengolahan lahan dengan mendatangkan dolomit untuk menaikkan PH tanah, mengerahkan alat pertanian, serta membuat saluran cacing di petak sawah karena lahan ini adalah bekas rawa.
Selain itu akan ada partisipasi dari BUMN untuk memberikan dukungan pada program food estate. "Aktornya adalah Menteri Pertanian karena akan mengembangkan lahan pertanian.
Pada kesempatan itu Basuki juga menjelaskan Penugasan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dari Presiden untuk program food estate ini.
"Menhan ditugas membantu menyiapkan tenaga kerja karena wilayah ini akan menjadi food estate yang modern, dengan skill tenaga kerja terlatih, tidak hanya untuk berproduksi tapi ada pasca produksi," katanya.
Pemilihan lokasi di Kalimantan Tengah selain karena ketersediaan lahan, tempat ini dekat dengan demand pangan terbesar di Indonesia yakni dari Pulau Jawa, misalnya pengiriman ke Pelabuhan di Semarang.
SELANJUTNYA>>>