kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Fenomena artis jadi caleg merebak lagi, ini kata pengamat


Jumat, 20 Juli 2018 / 12:22 WIB
Fenomena artis jadi caleg merebak lagi, ini kata pengamat


Reporter: Kiki Safitri | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Artis menjadi calon legislatif. Ini bukan hal yang baru dan kerap muncul menjelang pesta demokrasi lima tahunan. Nah, isu ini kembali santer berembus menjelang pemilihan umum 2019. Menurut Pangi Syarwi Chaniago, pengamat politik, partai politik saat ini bergerak menjadi match all party atau mengambil figur dari seluruh kalangan.

“Parpol sudah bergerak menjadi match all party. Bertumpu pada kutup populis dan menjual nama publik figur dalam rangka mendulang elektoral,” kata Pangi kepada Kontan.co.id, Jumat (20/7).

Alasannya, lanjut Pangi, hampir semua parpol mengalami masalah dalam internal partainya. Adapun masalah ini terkait dengan kaderisasi yang macet. Atas hal itu, maka partai mengambil jalan pintas dengan merekrut kaum populis.

“Kita memahami apa yang terjadi belakangan ini, karena hampir semua parpol menggalami problem yang sama soal kaderisasi yang macet. Partai terkesan panik, menjadikan artis, publik figur dan bermain dengan populis,” katanya.

Populis yang dimaksudkan adalah orang-orang yang umumnya berasal dari kalangan publik figur atau artis yang digunakan untuk menjadi daya tarik partai agar mendapatkan suara dan target kursi di parlemen terpenuhi.

“Memanfaatkan popularitas artis sebagai vote getter, dalam rangka mendulang elektoral sehingga parpol bisa selamat dari parlementary threshold dan jumlah kursi bisa mencapai target,” ungkapnya.

Menurut Pangi, hal ini sangat memprihatinkan. Sebab, Parpol seharusnya merekrut anggota berdasarkan tingkat kompetensi dengan melakukan seleksi berlapis.

“Mestinya partai bergerak pada catch all party atau merekrut caleg bertumpu pada platform, program, ideologi, jam terbang, intergritas, kapabilitas, loyalitas, kridibilitas, bukan hanya merekrut sebatas popularitas dan logistik,” ungkapnya.

Pangi menuturkan bahwa seharusnya partai bisa lebih selektif terhadap pemilihan kadernya untuk maju dalam pemilihan legislatif. Hal ini terkait dengan nama baik parpol itu sendiri dan penilaian masyarakat ke depannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×